TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Meski masih menjadi salah satu sumber energi yang dibutuhkan, harga batubara hingga saat ini sulit diprediksi.
Oleh karenanya, PT Adaro Energy Tbk terus melakukan efisiensi untuk menekan biaya-biaya yang ada.
Hal ini diungkapkan oleh Head Corporate Communication PT Adaro, Febriati Nadira, saat melakukan visit media ke redaksi Tribunnews.com, Rabu (27/12/2017).
"Walaupun harganya tak bisa diprediksi, tetapi di beberapa negara ASEAN, batubara masih menjadi pilihan. Kami masih optimistis ke depannya," kata wanita yang akrab disapa Ira tersebut.
Sebagai contoh ia menyebutkan, pada awal tahun lalu harga batubara sempat mencapai 100 dolar AS, namun pada akhir tahun melorot menjadi 90 dolar AS.
Hingga saat ini, jelasnya, Adaro masih mengekspor batubara ke 20 negara.
Meski demikian, jelasnya, kinerja perusahaan tersebut tetap kinclong.
Disebutkannya, hingga September 2017 lalu, laba inti Adaro naik sebesar 76 persen menjadi 495 juta dolar AS. Angka ini merefleksikan kinerja bisnis inti Adaro yang solid.