TRIBUNNEWS.COM, AMUNTAI - Tidak banyak orang tahu bahwa Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan penghasil daun Sapat atau kratom yang memiliki nama latin Mitragyna speciosa (dari keluarga Rubiaceae).
Tanaman yang dipercaya berfungsi sebagai obat ini tumbuh liar di daerah Rawa Kabupaten HSU.
Daun Sapat telah lama digunakan sebagai obat herbal penghilang rasa sakit bisa dimakan mentah diseduh seperti teh atau diubah menjadi kapsul atau tablet bubuk atau cairan.
Baca: Ada Tanda Merah di Sekujur Tubuh Anak Gadis Sang Ibu Syok Ternyata Ini yang Terjadi
Salah satu pengusaha yang mengolah daun Sapat ya itu Basuni warga desa panangkalaan Kecamatan Amuntai Utara.
Basuni ini memiliki puluhan anak buah yang setiap hari mencari daun Sapat di hutan dan dijual kepadanya.
Harga daun Sapat basah dibeli Basuni dengan harga 2.000 per kg, daun Sapat dikeringkan dengan cara dijemur dibawah matahari selama 5 jam.
Daun Sapat yang telah kering tidak menggunakan saringan khusus untuk menyamakan ukuran dan tekstur dari daun Sapat kering.
Daun Sapat kering dijual kepada pembeli yang datang langsung dari Pontianak. " dari Pontianak dikirim lagi ke luar negeri seperti Amerika dan Australia," ujarnya.
Basuni sudah menjalani bisnis jual beli daun Sapat selama 4 tahun mengatakan, dirinya membeli daun Sapat basah dengan harga Rp 2.000 per kg.
Basuni membeli dari warga sekitar dan beberapa anak buahnya kemudian dikeringkan dan diolah menjadi serpihan kecil yang dijual dengan harga Rp 22.000 per kg.
Saat musim kemarau Proses pengeringan daun Sapat akan semakin cepat, Basuni bisa menjual daun Sapat hingga 1 ton dalam 10 hari . Tiap bulan ia mampu memproduksi sebanyak 3 ton daun kering yang siap diekspor.
"Awalnya daun Sapat hanya bisa ditemukan di hutan namun sekarang banyak juga warga yang dengan sengaja menanam pohon sapat untuk diambil daunnya," ujarnya.(Reni Kurniawati)