Laporan Reporter Kontan, Eldo Christoffel Rafael
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Produsen ban dalam negeri tak berani mematok target penjualan terlalu tinggi di tahun ini. Maraknya ban impor, di tengah biaya produksi yang melonjak menjadi tantangan bagi produsen.
Apalagi setelah terbitnya Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.06 tahun 2018 tentang perubahan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77 tahun 2016 tentang Ketentuan Impor Ban.
Uthan A Sadikin, Direktur Pemasaran PT Multistrada Arah Sarana Tbk menjelaskan, masuknya ban-ban impor secara berlebihan sudah terasa di daerah-daerah utamanya di luar Jakarta.
Penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terlalu mudah semakin memperparah keadaan. "Penggunaan SNI diragukan dan saya sudah lapor ke Kementerian Perindustrian tentang ini," kata Uthan kepada Kontan.co.id, akhir pekan lalu.
Di tengah serbuan ban impor itu, emiten berkode saham MASA di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini akan terus melebarkan jaringan distribusi ritelnya.
Baca: Asisten Google Versi Bahasa Indonesia Resmi Meluncur di Indonesia
Baca: Perkuat Jaringan Infrastruktur, Lintasarta Operasikan Hub VSAT Kedua
Tahun lalu Multistrada sudah mengakuisisi saham PT Penta Artha Impressi (PT PAI).
Selain itu, untuk mengenjot penjualan Multistrada akan terus menggandeng kemitraan dengan dua distributor besar seperti Planet Ban dan Proban. Peningkatan penjualan lewat perdagangan elektronik juga dilakukan Multistrada.
Sementara, Catharina Widjaja, Direktur Corporate Communication dan Hubungan Investor PT Gajah Tunggal Tbk mengatakan, tahun ini perusahaannya menargetkan peningkatan penjualan sekitar 5% sampai 10%. Target pertumbuhan ini tidak berbeda dari tahun lalu.
Penjualan bersih dari emiten berkode saham GJTL di BEI ini tercatat sebesar Rp 14,14 triliun tahun lalu, jumlah ini meningkat 3,8% dari tahun sebelumnya Rp 13,63 triliun. Pertumbuhan penjualan didorong oleh kinerja yang kuat di pasar domestik.