Laporan Reporter Warta Kota, Dwi Rizki
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akuisisi Uber Technologies Inc yang dilakukan Grab beberapa waktu lalu, memicu beragam masalah di kalangan pengemudi ojek maupun taksi online.
Mereka mengeluhkan pendaftaran ulang hingga khawatir semakin menyusutnya pesanan lantaran ketatnya persaingan.
Umar Himawan (33), anggota Grab Pacico (Pasar Rebo-Ciracas-Ranco), mengaku khawatir pendapatan hariannya akan semakin menyusut, karena banyaknya driver Grab saat ini.
Sebab, bukan hanya karena limpahan pengendara dari Uber, perekrutan masif yang masih dilakukan pihak Grab secara langsung, menurunkan jumlah pesanan hariannya.
Hal itu dibuktikannya ketika dirinya menjadi mitra Grab pada pertengahan 2015 silam. Kala itu, pesanan antar penumpang dapat mencapai 20 orang dalam sehari, berbanding jauh dibandingkan kini yang hanya sebanyak 10 penumpang.
Baca: Kegerahan di Persidangan, Syahrini: Izin Yang Mulia, Kalau Saya Lepas Jaket Boleh?
Baca: Terungkap! Dari Pekerjaan Meng-endorse Produk, Syahrini Dibayar Ratusan Juta Rupiah
"Ada perekrutan terus, makanya makin susah cari penumpang, kita harus ekstra muternya. Jadi itu sekarang apa aja diambil, mau pantat (penumpang) atau barang, semuanya kita ambil. Kalau enggak gitu mana cukup buat cicilan motor," ungkapnya, ditemui di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur, Senin (2/4/2018).
Baca: Uber Dikabarkan Bakal Hengkang dari Indonesia, Ini Komentar Driver Grab dan Go-Jek
Keluhan lain disampaikan pengemudi taksi online Grab, Hari Wirawan (35). Warga Parung, Depok, Jawa Barat yang semula mengadopsi dua aplikasi, yakni Uber dan Grab itu, mengaku kehilangan separuh pendapatan akibat tutupnya Uber di Indonesia.
"Kalau sebelumnya kan saya emang pakai dua, Uber sama Grab. Ini sebenarnya enggak boleh, tapi banyak juga yang ngakalin. Tujuannya kalau Grab kosong, kita bisa terima order dari Uber, ya ganti-gantian gitu. Nah, begitu Uber tutup, kerasa juga. Ada setengah order hilang, sebelumnya seminggu bisa lebih dari 60 tarikan, sekarang ini cuma 38 (order)," bebernya, ditemui di Balai Kota, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (2/4/2018).
Terkait hal tersebut, mantan mekanik Toyota itu berharap pemerintah dapat lebih bijaksana dalam menyikapi permasalahan tentang transportasi online. Sebab, sebagian besar pengemudi transportasi online saat ini adalah pengangguran atau pensiunan yang Ingin bekerja.
"Kita cuma pengin kerja, itu aja. Enggak ada yang lain," cetusnya.
Sebelumnya, Grab mengakuisisi Uber Asia Tenggara pada Senin (26/3/2018) lalu. Imbasnya, seluruh kemitraan pengemudi Uber akan dialihkan kepada Grab regional Asia Tenggara, antara lain Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.