TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- PT AirAsia Indonesia Tbk melaporkan pendapatan usaha sebesar Rp 3,82 triliun, yang hampir setara dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 3,89 triliun.
Hal tersebut dipengaruhi oleh kinerja entitas anak Perseroan pada kuartal empat yang terdampak dari aktivitas Gunung Agung di Bali.
Namun demikian, kinerja Perseroan menunjukkan tren yang positif dengan kesuksesan mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp 300,29 miliar sepanjang tahun 2017. Pencapaian ini meningkat secara signifikan sebesar 224,65% dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 92,49 miliar.
Sementara itu, Perseroan juga sukses meningkatkan efisiensi operasionalnya yang ditunjukkan dengan penurunan beban usaha sebesar 7,14%, dari Rp 3,70 triliun di tahun sebelumnya menjadi Rp 3,43 triliun pada periode 2017.
Adapun rugi tahun berjalan yang tercatat sebesar Rp 512,96 miliar dipengaruhi oleh beban pajak penghasilan yang sebagian besar berupa beban pajak non-tunai hasil dari penghapusan aktiva pajak tangguhan Perseroan.
Direktur Utama PT AirAsia Indonesia Tbk, Dendy Kurniawan menyampaikan, kesuksesan Perseroan dalam mencatatkan laba usaha selama dua tahun berturut-turut dan meningkatkan efisiensi operasionalnya sehingga berhasil menekan beban usaha merupakan buah dari upaya turnaround di Indonesia sejak 2016, dengan konsentrasi pada pengembangan rute-rute yang mendatangkan keuntungan tinggi serta mengoptimalkan aset dengan peningkatan utilisasi armada pesawat.
“Tahun 2018 adalah tahun di mana kami semakin memfokuskan diri pada pelayanan pelanggan. Dengan dukungan dari pemangku kepentingan terkait serta memaksimalkan keunggulan berupa luasnya jaringan rute grup di mana entitas anak kami bernaung, kami optimis untuk dapat membawa IAA terbang lebih tinggi dan senantiasa menjadi maskapai hemat biaya pilihan masyarakat,” kata Dendy dalam rilisnya, Jumat (6/4/2018).