Dengan mempertimbangkan data–data domestik yang secara keseluruhan cukup positif dan potensi ekonomi Indonesia yang bertumbuh lebih baik tahun ini berdasarkan riset lembaga keuangan global terkemuka seperti IMF dan World Bank, Bank Commonwealth menilai bahwa prospek investasi pada kelas aset ekuitas merupakan pilihan yang obyektif untuk investasi reksa dana sepanjang bulan April ini.
Setelah mengalami rally yang cukup panjang pasca terkoreksi ketika Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) memenangkan Donald Trump di akhir 2016, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya kembali terkoreksi cukup signifikan sejak bulan Maret lalu.
Faktor utama yang membuat pasar ekuitas terkoreksi adalah akibat faktor eksternal dari luar negeri yang memberikan dampak pada negara lainnya. Salah satunya adalah isu proteksionisme yang semakin nyata membuat pelaku pasar melakukan sell off pada aset ekuitas.
Kebijakan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif impor baja dan aluminium sebesar 25% dan 10% serta menaikkan tarif impor produk-produk dari Tiongkok memberikan sentimen negatif pada pelaku pasar global. AS yang selama ini dikenal sebagai pelopor perdagangan bebas beralih menutup diri dengan melakukan tindakan proteksionisme.
Dengan ekonomi dunia yang sudah semakin terintegrasi salah satunya melalui perdagangan, risiko dari perang dagang ini dapat memberikan dampak yang nyata pada turunnya ekspor dan naiknya inflasi pada negara yang terlibat pada perang dagang tersebut.
Positifnya, Indonesia sebagai negara yang tidak mengandalkan ekspor pada perekonomiannya, memiliki risiko yang lebih kecil terjebak dalam risiko perang dagang tersebut. Berdasarkan data World Bank 2016, ekspor Indonesia memberikan kontribusi 19% pada Produk Domestik Bruto (PDB), relatif kecil bila dibandingkan dengan Malaysia 68% dan Thailand 69%.
Di sisi lain, data dalam negeri saat ini menunjukkan impor Indonesia meningkat selama 2018, hal ini merupakan indikasi positif atas meningkatnya permintaan konsumsi. Data lainnya seperti penjualan semen nasional yang meningkat 7,8% (year on year) pada bulan Februari lalu turut memperkuat indikasi tersebut.
“Dengan mempertimbangkan data-data tersebut dan kondisi IHSG serta koreksi yang terjadi, saat ini merupakan peluang untuk para nasabah meningkatkan porsi alokasi investasi di ekuitas,” kata Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth.
Dalam mendampingi nasabah untuk meningkatkan investasinya, Bank Commonwealth memiliki layanan investasi reksa dana yang dapat dimonitor melalui Internet Banking dan Mobile Banking serta Dynamic Model Portfolio.
Dynamic Model Portfolio merupakan layanan wealth management yang didesain untuk mengikuti pasar yang makin dinamis dan dapat mengoptimalkan imbal hasil investasi nasabah. Dynamic Model Portfolio akan mengumpulkan berbagai informasi pasar, memilah mana yang paling relevan untuk setiap Nasabah berdasarkan profil risiko dan tujuan investasi mereka, kemudian memberikan saran terkait penempatan portofolio aset-nya.
“Nasabah bisa menggerakkan asetnya secara dinamis, tidak harus sama dengan proporsi investasi yang ditentukan di awal. Investasi disesuaikan tidak hanya berdasarkan profil risiko Nasabah, namun juga risiko pasar ke depannya. Lewat Dynamic Model Portfolio, kami ingin melayani nasabah kami dengan layanan wealth management yang mampu membantu mereka memahami realita pasar yang dinamis daripada hanya statis terpaku pada teori semata,” jelas Ivan. (*)