TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Gerak nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Kamis (26/4/2018), menguat tipis.
Melansir Bloomberg, rupiah menguat tipis ke level Rp 13.919 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp 13.921 per dolar AS. Secara year to date, pelemahan rupiah menyentuh 2,74 persen.
Analis Senior Binaartha Sekuritas Reza Priyambada berpendapat, pelemahan rupiah lantaran kembali terapresiasinya laju dolar AS seiring imbas melonjaknya imbal hasil sejumlah obligasi AS.
Sementara itu, adanya sentimen positif dalam negeri seperti pernyataan Menteri Koordinator Perekonomian,Darmin Nasution yang menyampaikan bahwa kurs rupiah akan kembali stabil hingga adanya kerjasama BKPM dengan Hong Kong dalam bidang kepariwisataan untuk meningkatkan pemasukan cadangan devisa belum direspon positif pelaku pasar.
Baca: Bintang AS Roma Berdarah Indonesia dalam Buruan Tiga Tim Besar Liga Inggris
“Harapan akan adanya kenaikan rupiah setelah pelemahan sebelumnya yang sempat tertahan tampaknya tidak terealisasi,” kata Reza.
Pelaku pasar, kata Reza masih cenderung meningkatkan permintaanya terhadap dolar seiring masih meningkatnya laju imbal hasil obligasi AS.
Di sisi lain, laju Euro yang diharapkan dapat menahan dominasi dolar AS tampaknya belum terjadi di mana pelaku pasar menahan diri jelang pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB).
“Pergerakan rupiah cenderung diakibatkan adanya imbas dari pergerakan dolar AS seiring efek psikologis yang ditimbulkan,” lanjut dia.
Reza memprediksi, rupiah akan bergerak pada kisaran support Rp 13.948 dan resisten Rp 13.907 per dolar AS.