Laporan Reporter Kontan, Dimas Andi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) berpotensi kembali mengalami tekanan pada perdagangan besok.
Hal ini didorong oleh penantian pelaku pasar terhadap agenda Federal Open Market Committee pada tengah pekan nanti.
Analis Valbury Asia Futures, Lukman Leong menilai, selama masa penantian agenda FOMC masih berlangsung, rupiah cenderung tertekan. Sebab, para pelaku pasar menjadi lebih berhati-hati untuk melakukan transaksi pada saat itu.
Selain itu, hasil data produk domestik bruto AS yang menunjukkan hasil positif berpeluang membuat laju dollar AS sulit dibendung.
Pergerakan rupiah pada perdagangan besok juga dipengaruhi oleh intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI). BI menyatakan komitmennya terus berada di dalam pasar, terutama ketika rupiah dalam tren melemah.
Baca: Isi Rekaman Menteri Rini dan Sofyan Basir, Terkait Bagi-bagi Jatah Proyek LNG Bojonegara?
Baca: May Day 1 Mei, 150.000 Buruh dari Jabodetabek Akan Long March ke Istana
“Intervensi BI bisa saja membuat rupiah terhindar dari tekanan eksternal pada esok hari,” kata Lukman.
Ia memprediksi, rupiah akan bergerak di rentang Rp 13.800—Rp 13.900 pada perdagangan besok.
Nilai tukar rupiah di pasar spot berada di level Rp 13.893 per dollar AS pada Jumat (27/4), atau stagnan dibandingkan Jumat pekan lalu.
Jika dibandingkan perdagangan Kamis (26/4), rupiah masih melemah tipis 0,01%.