Laporan Reporter Kontan, Michelle Clysia Sabandar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tekanan eksternal kembali membuat rupiah loyo. Kemarin, kurs rupiah di pasar spot melemah 0,46% menjadi Rp 14.037 per dollar Amerika Serikat (AS).
Kurs tengah rupiah Bank Indonesia juga terkoreksi 0,31% ke level Rp 14.020 per dollar AS.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, salah satu penyebab rupiah kembali ke level Rp 14.000 adalah sinyal European Central Bank (ECB) yang akan menaikkan suku bunga acuan tahun depan.
Selain itu, AS meresmikan kedutaan besar di Yerusalem. Hal ini berpotensi meningkatkan ketegangan di Timur Tengah. Alhasil, sebagian investor kembali memburu aset safe haven, yang salah satunya adalah the greenback.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong menambahkan, defisit neraca perdagangan sebesar US$ 1,63 miliar turut menekan pergerakan mata uang Garuda.
Baca: Menteri Agama Meminta Perempuan Bercadar Berbaur di Masyarakat dan Membuka Diri
Belum lagi, isu terorisme di Indonesia ikut membebani laju rupiah. "Usaha BI untuk intervensi jadi berat," kata dia, Selasa (15/5/2018).
Lukman memprediksi, hari ini rupiah akan lanjut melemah dan bergerak di rentang Rp 14.025–Rp 14.075 per dollar AS.
Sementara, David memperkirakan kurs rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 13.980–Rp 14.020 per dollar AS.