Laporan Reporter Kontan, Intan Nirmala Sari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian pelaku pasar berharap hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Kamis (17/5/2018) hari ini menaikkan suku bunga acuan (BI rate).
Kebijakan itu diharapkan bisa menyelamatkan nilai tukar rupiah dari tekanan yang tajam.
Analis Erdikha Elit Sekuritas Okky Jonathan menilai, banyak investor yang mengharapkan BI menaikan suku bunga.
Padahal, jika itu dilakukan, dalam jangka panjang berpotensi memicu investor kabur. "Jangka panjang akan banyak orang yang keluar dari pasar modal Indonesia, bahkan investor lokal," ujarnya, Rabu (16/5/2018).
Ketika BI menaikan suku bunga, maka ada kemungkinan pasar saham emerging market akan ditinggalkan.
Investor akan lebih suka menabung atau memburu obligasi yang memberikan bunga menarik dengan risiko rendah, ketimbang berada di pasar saham dengan risiko yang lebih tinggi.
Meskipun untuk jangka pendek, kata Okky, kenaikan suku bunga BI-7DRR mampu mendorong penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Baca: Istana Pecat Admin Akun Twitter Jokowi yang Posting Cuitan JKT48
Baca: Viar Minta Kepastian Aturan Terkait Besaran Pajak Sepeda Motor Listrik
Selain itu, posisi pasar obligasi Tanah Air akan menjadi lebih menarik.
"Prediksi saya, BI akan menahan suku bunga, karena kondisi ekonomi ini bukan karena pelemahan fundamental ekonomi Indonesia, melainkan lebih karena faktor global yang menghantam seluruh dunia," kata Okky.
Jika suku bunga BI masih bertahan, ada kemungkinan suku bunga pinjaman akan turun di pertengahan tahun ini.
Langkah tersebut, diyakini Okky mampu mendukung kinerja sektor properti dan penyaluran kredit.