TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah terus menerus terpuruk, nilai tukar rupiah kembali menguat oleh insentif Bank Indonesia (BI) yang mengerek suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak November 2014 sebesar 25 basis poin untuk suku bunga 7-day repo sebesar 25 bps menjadi 4.50 persen.
Langkah BI menaikkan suku bunga ini, menurut Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, sudah diduga sebelumnya.
"Rupiah dapat semakin menguat di jangka pendek, tapi peningkatan ini akan dibatasi oleh semakin besarnya ekspektasi kenaikan suku bunga AS," kata Lukman Otunuga dalam risetnya yang dikirim kepada Tribunnews, hari ini, Jumat (18/5/2018).
Baca: Misteri Gubuk di Kebun Sawit, Saban Jumat Latihan Fisik Terduga Teroris
Apakah langkah BI di bulan Mei ini akan membuka jalan untuk kenaikan suku bunga BI selanjutnya di tahun 2018? Lukman mengatakan, jika bank sentral AS, Federal Reserve meningkatkan suku bunga empat kali tahun ini, Bank Indonesia mungkin terpaksa mengikutinya guna menjaga nilai tukar Rupiah.
Dolar makin menguat
Ekspektasi pasar yang semakin besar mengenai kenaikan suku bunga AS tahun ini memastikan bahwa Dolar terus menguat.
"Kombinasi antara data ekonomi domestik yang positif, kenaikan imbal hasil obligasi AS, serta spekulasi kenaikan suku bunga, telah mengantarkan dolar AS ke level tertinggi dalam lima bulan terakhir," kata Lukman Otunuga.
Baca: Ribut-ribut Iklan di Media Massa, PSI Ladeni Laporan Bawaslu
Baca: SUV Baru New Hyundai Kona N Dirancang Memiliki Tenaga 247 Bhp
Dolar dapat semakin menguat karena selisih suku bunga terus mendukung mata uang Amerika Serikat.
Dari sudut pandang teknikal, Indeks Dolar sangat bullish pada rentang waktu harian karena secara konsisten level tertinggi yang lebih tinggi (HH) dan level terendah yang lebih tinggi (HL).
"Breakout di atas 93.50 dapat membuka peningkatan lebih lanjut menuju 94.00 dan kemudian 94.20. Sebaliknya, jika bulls gagal bertahan di atas 93.50 maka akan memicu penurunan menuju 93.00," sebutnya.
Sementara itu, nilai tukar euro terpukul oleh ketidakpastian politik di Italia dan apresiasi dolar AS semakin memperburuk keadaan.