TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Karyawan PT Garuda Indonesia (persero) Tbk (GIAA) yang tergabung dalam Serikat Karyawan Garuda (Sekarga) mengancam melakukan aksi mogok kerja.
Vice President Corporate Secretary Garuda Indonesia Hengki Heriandono mengatakan, rencana aksi mogok para pilot bisa memperburuk reputasi perusahaan.
"Tentunya reputasi (Garuda), konsumen akan dikorbankan, akan berpengaruh terhadap on time performance kami," ujar Hengki di Jakarta, Sabtu (2/6/2018).
Selain itu, aksi mogok tersebut juga bisa memperburuk kinerja keuangan perusahaan plat merah tersebut.
"Dapat berpengaruh terhadap kinerja keuangan kami, memperberat usaha-usaha yang telah dirintis dari awal tahun ini untuk memperbaiki kinerja jika mereka benar melakukan mogok. Ini akan berdampak penumpang tidak akan percaya lagi dengan Garuda, itu akan mempengaruhi revenue di perusahaan," katanya.
Hengki mengklaim kinerja keuangan perusahaannya membaik pada kuartal I 2018 ini.
Dalam kuartal I, kerugian perusahaan bisa ditekan.
"Kinerja kuangan kami di kuartal I 2018 sudah mengalami perbaikan, kami sudah bisa menekan kerugian dari 100 juta dollar Amerika saat kuartal I 2017, sudah berhasil kami tekan 35 persen menjadi 64 juta dollar Amerika. Ini, kan, perkembangan yang baik dan juga revenue kami meningkat 8 persen dibandingkan periode yang sama di kuartal I 2017," ucap Hengki.
Adapun rencana aksi mogok dilakukan karena kinerja perusahaan dinilai terus menurun dan tidak kunjung membaik.
Memburuknya kinerja perusahaan itu dilihat dari harga saham GIAA yang terus menurun. Pada penutupan pasar saham pada Kamis (31/5/2018) lalu, harga saham GIAA berada di level Rp 254 per lembar. Nilai itu menurun dibandingkan saat IPO, GIAA dihargai Rp 750 per lembar.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Garuda Khawatir Aksi Mogok Pilot Pengaruhi Kinerja Keuangan Perusahaan"