Laporan Reporter Kontan, Ghina Ghaliya Quddus
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyatakan bahwa pelemahan rupiah tampaknya masih akan berlanjut. Hal ini disebabkan oleh normalisasi kebijakan moneter The Fed.
“Saya sering ditanya rupiah melemah lagi. Memang belum berhenti proses masih berjalan,” kata Darmin di Gedung Pusdiklat Kemlu, Jakarta, Selasa (24/7/2018).
“Tahun ini saja rencananya The Fed akan menaikkan tingkat bunga dua kali lagi. Ya, mesti naik lagi. Tingkat bunga dia. Bank sentral kita juga pasti akan naikkan tingkat bunga,” lanjutnya.
Dengan demikian, menurut Darmin, tidak heran bahwa rupiah melemah. Namun, rupiah yang lemah ini menurut dia ada bagus dan jeleknya.
Baca: Kasus Suap PLTU Riau-1, KPK Akan Kembali Periksa Mensos Idrus Marham Kamis Lusa
Bagusnya, kata Darmin, barang-barang dari Indonesia di luar negeri semakin murah.
“Jadi, sebenarnya respon pertama kita adalah bagaimana ekspor banyak-banyak karena satu dolar harga satu barang tadinya Rp 13.000 sekarang jadi Rp 14.400,” ujarnya.
Baca: Agatha Chelsea: Lebih Enak Nyanyi Ketimbang Main Film
Sementara itu, jeleknya adalah harga barang-barang yang diimpor semakin mahal.
Namun, Indonesia tidak bisa tidak mengimpor karena banyak barang tidak diproduksi di salam negeri, khususnya barang modal dan bahan baku.
“Jadi, jeleknya adalah kita membeli produk dari luar semakin mahal. Nah, situasi yang kita alami sekarang adalah gejala yang bisa-bisa berlanjut,” ucapnya.