Komite Ekonomi dan Industri Nasional mengapresiasi penurunan harga bahan makanan, yang merupakan kebutuhan primer, sehingga terjadi deflasi sebesar 0,05 persen pada September 2018. Kendati demikian, pemerintah perlu mewaspadai potensi penurunan daya beli.
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Arif Budimanta mengatakan penurunan harga tersebut merupakan bukti komitmen dan kerja pemerintah yang ingin menjaga harga pangan. “Stabilitas harga pangan perlu dijaga untuk mejaga daya beli masyarakat,” ujarnya, Senin (3/9).
Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan deflasi Agustus 2018 sebesar 0,05 persen. Penyumbangnya adalah kelompok bahan makanan sebesar 0,24 persen dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen.
Arif menjelaskan bahwa deflasi bahan makanan bisa terjadi disebabkan oleh penurunan permintaan setelah sebulan sebelumnya permintaan terhadap komoditas tersebut meningkat karena Hari Raya Idul Fitri.
“Yang turun ini kan harga telur ayam ras, bawang merah, cabai, yang mana permintaannya sangat tinggi ketika Juli sehingga harganya naik cukup drastis dan sekarang permintaan mungkin menurun, diikuti dengan penuruan harga,” jelasnya.
Sementara itu, untuk kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan, Arif memprediksi penurunan biaya disebabkan oleh digital ekonomi, yang membuat kegiatan-kegiatan tersebut menjadi lebih efisien. Biaya produksi yang sebelumnya harus dikeluarkan dapat ditekan karena adanya digitalisasi. “Jadi efisiensi tersebut diprediksi bisa mengerek turun biaya atas jasa-jasa tersebut.”
Kendati demikian, deflasi juga perlu diwaspadai karena berpeluang mengindikasi terjadinya pelemahan daya beli masyarakat, apalagi di tengah pelemahan rupiah yang terus terjadi. Rupiah diketahui sempat jatuh ke level Rp14.750 per dolar, posisi terbawah sejak krisis keuangan Asia 1998.
“Ini juga perlu diperhatikan lebih cermat apakah kenaikan rupiah menjadi faktor atas dugaan bahwa daya beli menurun, yang membuat permintaan menurun dan pada akhirnya menciptakan deflasi,” tutup Arif. (*)