TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat ekonomi Internasional sekaligus President and Group Head ASEAN International Advocacy, Shanti Ramchand Shamdasani memprediksikan laju rupiah akan menyentuh angka Rp 13.000 per Dolar AS pada akhir tahun.
"Bisa turun ke angka Rp 13.000 di akhir tahun," kata Shanti saat menggelar konferensi pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (5/9/2018).
Penguatan rupiah di akhir tahun itu dikarenakan tingginya perputaran uang, karena ada libur natal dan tahun baru. Selain itu, faktor dimulainya kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden juga dinilai akan meningkatkan ekonomi negara, karena adanya peningkatan pembelian logistik kampanye.
"Alasannya ada pengeluaran, ada suntikan dana yang bantu ekonomi riil. Kampanye sudah mulai, itu jalan semua, spanduk, stiker, kaos. Jadi uang berputar. Yang kita inginkan perputaran uang," ungkap Shanti.
Untuk menjaga ekonomi nasional, Shanti menyarankan agar masyarakat membantu dengan membelanjakan uang sehingga transaksi terus berjalan. Sedangkan, untuk pemerintah disarankan untuk membuat batasan penukaran uang jika ada yang ingin menukar rupiah ke dolar AS.
"Belanjakan uang anda. Kalau orang menahan duit, maka tidak berputar. Orang juga punya penghasilan buat belanja. Harus ada kerjaan. Ini harus ada ekonomi riil. Pemerintah keluarkan UU dalam sehari dolar tidak boleh dalam jumlah sekian," ucap Shanti.