Laporan Wartawan Tribunnews.com, Syahrizal sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk menilai melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sejak awal tahun ini hingga level Rp 15.000-an belum berdampak langsung terhadap kinerja perseroan.
Direktur Utama BTN Maryono seusai Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Kamis (6/9/2018) mengatakan, melemahnya kurs tidak berdampak pada kinerja BTN, sebab saat ini hampir sebagian portofolio kredit perseroan dalam kurs Rupiah.
“BTN ini nggak ada pengaruh karena semua outstanding kita rupiah dan dana kita sebagian besar hampir 100 persen rupiah. Jadi gak ada dampak secara langsung engga ada,” kata Maryono, Kamis (6/9/2018) di Komisi VI, DPR.
Seperti diketahui, laju kurs Rupiah pada penutupan perdagangan hari ini, melemah ke posisi Rp 14.893 per dolar Amerika Serikat. Dengan posisi tersebut, depresiasi kurs Rupiah sejak awal tahun ini menjadi 9,87 persen.
Baca: Rupiah Makin Loyo, Sandiaga Uno: Yang Terjadi Sekarang Adalah Krisis Kepercayaan
Tak hanya itu, bank pelat merah itu juga turut meyiapkan strategi di tengah ketidakpastian ekonomi global seperti adanya tekanan dari perang dagang Amerika Serikat dengan China, hingga krisis ekonomi di Turki dan Argentina yang berpotensi berdampak pada kinerja perseroan ke depan.
Baca: Manfaatkan Pelemahan Rupiah, Warga Depok Banyak Jual Dolar AS ke Money Changer
“Strategi tentu ada kita, satu menggerakkan daripada sektor ril supaya berkembang, sehingga ada suatu pergerakan ekonomi dan bisa mendorong pertumbuhan secara tidak langsung,” imbuhnya.
Untuk diketahui, emiten dengan kode saham BBTN ini mencatatkan penyaluran KPR dan pembiayaan pemilikan rumah (PPR) sekitar Rp 157,55 triliun hingga Juli 2018. Posisi tersebut naik sekitar 22,07 persen secara tahunan dari Rp 129,07 triliun pada Juli 2017.