Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada naiknya harga kedelai.
Naiknya harga kedelai dirasakan perajin tahu di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Hali, pedagang sekaligus pembuat tahu ini mengaku tidak dapat menaikkan harga tahu yang dijualnya sehingga harus mengecilkan ukuran tahunya.
"Nggak bisa dinaikin harganya, jadi saya kecilin ukuran tahunya. Kalau nggak begitu nggak bisa jualan," ujarnya saat ditemui Tribunnews.com, Kamis (6/9/2018) di pabrik tahu miliknya.
Dia menyebutkan hal tersebut terpaksa dilakukan karena harga kedelai yang hampir mencapai angka Rp 8.000 per kilogram.
"Sekarang naik Rp 8.000. Waktu normal itu per kilogramnya Rp 6.800," ungkapnya disela kesibukkan membuat tahu.
Selain itu, susahnya menaikkan harga tahu di pasaran membuatnya harus mengecilkan bentuk tahu yang dibuatnya.
Baca: Tutup Mulai 28 Oktober, Manajemen Garuda Berharap Kelak Bisa Terbangi Lagi Rute Jakarta-London
"Kalau harga tahu naik, yang dibawah itu mending beli yang lain daripada beli tahu. Beralih mereka cari yang lebih murah," jelasnya.
Dia berharap harga kedelai tidak semakin parah dan harganya dapat kembali berangsur normal.
Pasalnya, jika harga kedelai melebihi angka Rp 8.000 per kilogram, pihaknya mengaku tidak akan mendapatkan untung sepeser pun.
Baca: Manfaatkan Pelemahan Rupiah, Warga Depok Banyak Jual Dolar AS ke Money Changer
"Mudah-mudahan jangan melebihi Rp 8.000 ya. Kalau lebih dari Rp 8.000 kami pedagang tahu nggak dapat apa-apa," ujarnya.
Pada penutupan perdagangan sore ini, Kamis (6/9/2018) melemah ke posisi Rp 14.893 per dolar Amerika Serikat. Dengan posisi tersebut, depresiasi kurs rupiah sejak awal tahun ini menjadi 9,87 persen.