Laporan Reporter Tribunnews, Syahrizal Sidik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Laju kurs rupiah pada penutupan perdagangan sore ini, Kamis (6/9/2018) melemah ke posisi Rp 14.893 per dolar Amerika Serikat. Dengan posisi tersebut, depresiasi kurs Rupiah sejak awal tahun ini menjadi 9,87 persen.
Sebelumnya, pada awal perdagangan, posisi kurs rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka menguat pada posisi Rp 14.875 per dolar AS.
Hari ini, mata uang garuda ditransaksikan pada kisaran Rp 14.875 hingga Rp 14.905 per dolar AS.
Sementara itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mencatat, posisi mata uang garuda hari ini berada di posisi Rp 14.891 per dolar AS.
Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, kepada Tribunnews mengatakan, memang Rupiah memang dalam sepekan ini tertekan dan melemah cukup dalam hingga hampir menembus 15.000.
Baca: Gandeng Jepang Airlines, Garuda Indonesia Buka Rute Domestik di Jepang hingga AS
Namun, pelemahan Rupiah, sebenarnya masih sangat normal jauh berbeda dengan kondisi 1997 1998 yang kemudian memicu krisis ekonomi.
“Rupiah waktu itu melemah dari Rp 2.250 hingga mendekati Rp 17.000. Artinya melemah ratusan persen. Sementara saat ini rupiah hanya melemah dari Rp 13.800 diawal tahun menjadi sekitar Rp 14.900 saat ini. Artinya hanya melemah sekitar Rp 1.000 rupiah atau sekitar 8 persen saja. Sangat jauh kalau dibandingkan dengan periode krisis 1997 1998,” kata Piter.
Piter menambahkan, kondisi sistem perbankan dan keuangan, kondisi fiskal maupun fiskal masih cukup kuat dengan utang luar negeri swasta yang terjaga untuk menghadapi pelemahan kurs Rupiah.