TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan masyarakat tidak perlu panik menghadapi situasi dolar akhir-akhir ini.
Tidak perlu juga ragu atas upaya pemerintah dalam menghadapi kondisi ekonomi global saat ini.
"Saya tidak melihat bahwa Indonesia berada dalam keadaan krisis besar. Tidak perlu khawatir dan panik berlebih bahwa krisis 1998 akan terulang lagi. Kondisi sekarang jelas jauh berbeda," tulisnya dalam keterangan.
Dalam sisi fundamental ekonomi, menurut dia, saat ini jauh lebih baik. Pertumbuhan mencapai 5,27 persen di kuartal kedua 2018.
Angka itu tertinggi sejak 2014 lalu.
Inflasi pun masih terkendali di angka 3,20 persen per Agustus 2018.
Baca: Black Out Pertama Kali di Hokkaido Jepang, Kejahatan Muncul saat Listrik Padam
Begitu juga dengan rasio utang yang cukup rendah di angka 34 persen, sedangkan pada 1998 lalu mencapai 60 persen.
"Ekonomi kita sebagian besar didorong oleh sektor domestik dan investasi. Hanya sekitar 20 persen kontribusi ekspor PDB kita. Hal ini akan meminimalkan dampak trade war seandainya terus berlanjut," jelasnya.
Solusi yang ditawarkan pemerintah, dinilai akan efektif, dengan cara mengurangi impor, optimalisasi Tigkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), serta perbaikan pariwisata.
Mengurangi impor misalnya, jelas Luhut, pemerintah bisa mengganti penggunaan crude oil dengan biodiesel sebagai bahan bakar. Targetnya, bisa menghemat hingga 2,3 miliar dolar AS impor minyak.
"Selain minyak, harga sawit juga sekarang sudah naik. Kita berharap beberapa bulan ke depan harga mencapai 600-700 dolar AS per ton sawit. Kalau skenario ini jalan, maka tahun depan, diharapkan kita mendapat 9,5 miliar dolar AS dari penghematan impor minyak dan kenaikan devisa ekspor CPO," urainya.
"Saya katakan, kondisi kita jauh lebih kuat dibanding Argentina dan Turki. Salam dari atas langit Lampung. Saya terkesima dengan pemandangan jalan tol di bawah saya yang sudah jadi," kata Luhut. (tribunnews/amriyono prakoso)