TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG — Sebanyak tujuh negara berkembang berisiko terkena krisis nilai tukar, menurut analisis teranyar Nomura Holdings Inc.
Tujuh negara tersebut antara lain Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina.
Dikutip dari The Star Online, Senin (10/9/2018), 5 dari 7 negara tersebut sudah dalam kondisi krisis nilai tukar atau berpartisipasi dalam program yang diinisiasi Dana Moneter Internasional (IMF).
Dengan demikian, yang tersisa hanya Afrika Selatan dan Pakistan.
Pada saat bersamaan, ada pula 8 negara berkembang yang memiliki risiko krisis nilai tukar paling kecil.
Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand, menurut sejumlah analis.
"Sejalan dengan fokus investor terhadap risiko negara berkembang, penting pula untuk tidak menempatkan seluruh negara berkembang sebagai kelompok homogen. Ada pula daftar negara-negara dengan risiko krisis yang sangat rendah," tulis Nomura dalam analisisnya.
Analisis Nomura didasarkan pada model peringatan awal krisis yang dinamakan Damocles.
Model ini digunakan untuk mengidentifikasi krisis nilai tukar di 30 negara berkembang.
Model tersebut memeriksa sejumlah faktor, termasuk cadangan devisa, tingkat utang, suku bunga, dan impor.
Damocles memprediksi dua pertiga dari 54 krisis nilai tukar di negara berkembang sejak tahun 1996 hingga 12 bulan ke depan. (KOMPAS.COM)