Laporan Wartawan Tribunnews.com, Brian Priambudi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) membeberkan empat hal penyebab terjadinya ketidakpastian ekonomi dunia seperti terjadi saat ini.
Satu di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi dunia yang berat sebelah, yakni menguat Amerika Serikat, tapi tidak di negara-negara lain.
Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia, Doddy Zulverdi mengibaratkan ekonomi dunia saat ini seperti pesawat terbang yang mengudara hanya dengan satu mesin.
"Ekonomi dunia pertumbuhannya berat sebelah. Ibarat pesawat, hanya satu mesin penggerak. Karena ekonomi Amerika kuat, negara lain melemah, sehingga investor ragu kepada ketahanan ekonomi dunia," tutur Doddy dalam Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senen (10/9/2018).
Doddy melanjutkan, faktor kedua adalah bhank sentral di sejumlah negara khawatir terjadi overheating ekonomi. Karena itu kini bank sentral secara konsisten menaikkan suku bunganya.
Baca: Rajin Konsumsi Minyak Ikan Bisa Membuat Ukuran Payudara Makin Membesar
"Justru suku bunga Jepang, Eropa, itu masih lemah. Jika mata uang AS menguat dan tidak punya pesaing lagi, ya dolar terus perkasa. Ini juga faktor ketidakpastian. Ketiga adalah trade worst. Terakhir adalah memang beberapa negara berkembang sedang mengalami masalah yang banyak bersumber manajemen ekonominya kurang pas," terang Doddy.
Guna menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi dunia, Bank Indonesia telah menerapkan tiga kebijakan.
Antara lain kebijakan moneter, kebijakan mitigasi, dan kebijakan menaikkan suku bunga, yang dimaksudkan untuk menstabilitaskan situasi ekonomi dalam negeri.
Baca: Sambut Tahun Baru 1 Muharram, Warga Warakas Gelar Pawai Obor dengan Lightstick
"Situasi yang kita hadapi memang situasi yang belum pasti, namun kita harus selalu waspada. Yang perlu dilihat bahwa otoritas terkait, baik pemerintah, BI, dan OJK tidak tidur, terus berkoordinasi sehingga langkah-langkah stabilisasi terus berjalan," ujarnya.
Dia menyarankan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan membantu negara melalui konversikan uang dari valas ke rupiah, menggunakan produk dalam negeri, dan mengurangi liburan keluar negeri.
"Intinya, tolong berbagai pihak masyarakat membantu mencoba mengurangi dominasi dolar," tandas Doddy.