News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Awas, Pelemahan Rupiah Berpotensi Memicu Naiknya Harga-harga Pangan

Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengrajin tempe memilah kedelai siap untuk penggilingan, Serpong, Tangerang Selatan, Jumat (7/9/18). Harga kedelai yang semula Rp 6500/Kg kini naik menjadi Rp 7600/Kg, kenaikan harga kedelai tersebut mengikuti tren penguatan Dollar Amerika terhadap Rupiah. TRIBUNNEWS/ABRAHAM DAVID

Laporan Reporter Kontan, Annisa Maulida, Lidya Yuniartha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Harga komoditas pangan, khususnya berbahan baku impor dipastikan akan terdampak depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Salah satunya adalah kedelai dan daging sapi atau kerbau. Harga bahan pangan ini diprediksi naik jika pelemahan rupiah ini berlangsung lama.

Ketua Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo) Yusan mengatakan dampak pelemahan rupiah sudah terasa terhadap harga kedelai impor. 

Namun, para importir terbantu karena harga kedelai khususnya dari AS sedang turun sebagai dampak perang dagang dengan China.

"Jadi sekarang kenaikan harga kedelai itu tidak signifikan, hanya naik Rp 50 per kilogram (kg),"ujarnya kepada KONTAN, Ahad (9/9/2018).

Yusan menjelaskan saat ini harga kedelai di gudang importir dibanderol sekitar Rp 7.050 - Rp 7.100 per kg.

Baca: Merasakan Sensasi Naik Heli Jakarta-Bandung? Siapkan Dana Rp 8 Juta untuk Charter Rame-rame

Harga ini masih relatif sama sebelum pelemahan tajam rupiah terhadap dollar, karena importir belum menaikkan harga jual.

Ia mengatakan meskipun harga impor kedelai sudah naik, tapi umumnya importir tidak menaikkan harga kedelai karena permintaan dari Kementerian Perdagangan (Kemdag).

Akibatnya, importir menekan potensi kenaikan harga ini dengan mengurangi keuntungan.

Baca: Pulang ke Jakarta, Bahagianya Acha Septirasa Boyong Suami dan Anak Bekerja

"Kami memang diminta Kemdag untuk tidak memanfaatkan perlemahan rupiah ini untuk mengambil untung yang tinggi, sehingga harga kami tahan dan keuntungannya kami tekan," tutur Yusan.

Direktur Utama PT Cadila Lestari Achmad mengatakan saat ini mereka terdampak pelemahan rupiah. Pasalnya sebagai importir sapi bakalan, Cadila mengandalkan impor sapi dari Australia yang dibeli dalam mata uang dollar AS.

"Sekarang impor kami kurangi, hanya untuk mengisi kandang. Sampai September ini, saya sudah mengimpor sekitar 14.619 ekor sapi kurang lebih 25% kapasitas impor manakala kondisi normal," ucapnya.

Achmad melanjutkan, mereka masih menunggu rupiah kembali stabil baru akan melanjutkan impor sapi bakalan. Saat ini, harga sapi bakalan dari Negeri Kanguru tersebut sebesar US$ 3 sampai US$ 3,5 per kg. Meskipun harganya dalam dollar AS tetap, tapi bila menggunakan rupiah, harganya justru mahal.

Achmad berharap, pelemahan rupiah tidak berlangsung lama dan agar usaha feedloter tetap berjalan dan punya kepastian harga.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini