Laporan Reporter Kontan, Willem Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa unit usaha emiten sektor ritel berhenti beroperasi pasca terjadinya bencana alam yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Salah satunya dialami PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI).
Secara keseluruhan, ada 41 gerai Alfamidi yang terdampak, tiga diantaranya rusak berat dan sisanya kerusakan kecil. Lima karyawan menjadi korban dari reruntuhan dan aksi penjarahan.
Solihin, Corporate Affair Director MIDI mengatakan banyak massa berkumpul dan mengambil barang dari gerai dan gudang.
“Sebenarnya tidak bagus juga menyebut aksi itu sebagai penjarahan, namun di lapangan memang seperti itulah adanya. Ada pengambilan dengan paksa, dan pihak kami tidak bisa untuk menghalanginya. Dan semuanya habis,” kata Solihin, Selasa (2/10/2018)
Terkait isu pemerintah akan melakukan penggantian kerugian, ia mengaku belum mengetahui pasti hal tersebut. Jika dihitung secara kasar, MIDI mengalami kerugian materi senilai Rp 27,75 miliar akibat bencana di Palu dan sekitarnya.
Untuk meningkatkan kinerja, MIDI rencananya akan mengincar lokasi-lokasi baru yang berpotensi di luar pulau jawa, dan mengembangkan gerai yang sudah ada sebelumnya. “Tahun 2019 ya kita targetkan lebih dari 100 gerai Alfamidi baru di luar pulau Jawa” kata Solihin
PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI) sepanjang semester I mencatatkan pertumbuhan pendapatan 10,39% dari Rp 4,81 triliun menjadi Rp 5,31 triliun.
Baca: Jokowi Minta Jusuf Kalla Jadi Komandan Serahkan Penanganan Pasca Gempa dan Tsunami Sulsel
Penjualan makanan masih menjadi kontributor utama dengan kontribusi Rp 3,1 triliun, disusul pendapatan non-makanan sebesar Rp 1,55 triliun dan segmen makanan segar sebesar Rp 658,69 miliar.
Dalam penutupan perdagangan, Selasa (2/10), harga saham MIDI ditutup pada level harga Rp 1.080, menguat 2,86% dari hari sebelumnya.
Mino, analis Indo Premier Sekuritas mengatakan, saham MIDI prospeknya kurang bagus jika dilihat dari pergerakan sahamnya karena cenderung stagnan dengan likuiditas yang rendah. “Saham MIDI tidak likuid karena float-nya cuma 12%” kata Mino, Selasa (2/10)
Dus, ia tidak merekomendasikan saham MIDI. "Tapi kalau secara teknikal ingin masuk dengan target harga akhir tahun Rp 1.165 per saham,” kata Mino.