Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah hingga di atas Rp 15 ribu per dolar AS seperti terjadi saat ini lebih disebabkan sentimen negatif dari faktor eksternal.
"Saya lihat dominasi (sentimen negatif ke rupiah) hari ini mayoritas berasal dari luar, yang sangat dominan pada saat yang lalu. Kita lihat sentimen kemarin adalah Italia yang defisitnya besar," kata Sri Mulyani di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (4/10/2018).
Pemerintah Italia mengajukan defisit atau utang negara pada 2019 sebesar 2,4 persen dari angka produksi domestik Bruto (PDB) negaranya.
"Sekarang Italia berkomitmen menurunkan defisit APBN-nya, lalu ada sentimen yang lain, mayoritas ini masalah eksternal," ujar Sri Mulyani.
Baca: Harga Minyak Sentuh Rekor, Putin Sentil Trump: Jangan Intervensi Pasar
Sementara faktor internal, Sri Mulyani mengatakan, pekerjaan rumah pemerintah saat ini yaitu memperbaiki neraca pembayaran dan pemerintah bersama otoritas moneter pun terus melakukan bauran kebijakan dalam menjaga nilai tukar rupiah.
"Bauran dari BI (Bank Indonesia), apakah berhubungan dengan suku bunga, mengenai intervensi. Dan kami dari sisi fiskal terus melakukan apa yang sudah diputuskan waktu itu, memonitor impor," paparnya.
Berdasarkan data Bloomberg, pada hari ini sekitar pukul 13.35 WIB, rupiah melemah 112 poin atau 0,75 persen menjadi 15.187 per dolar AS dari posisi penutupan kemarin di posisi Rp 15.075 per dolar AS.