Laporan wartawan tribunnews.com, Danang Triatmojo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Wakil Presiden yang juga seorang pengusaha muda Sandiaga Uno menjual saham Saratoga miliknya. Dia akan alihkan hasil penjualannya untuk membeli obligasi negara. Sebab Sandiaga menyebut, saat ini negara sedang butuh bantuan pembiayaan.
Pengalihan tersebut tak lain karena Sandiaga ingin membantu negara memperkuat ekonomi yang saat ini sedang dalam kondisi yang lemah. Nampak dari nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang alami pelemahan.
Hari misalnya, Jumat (5/10/2018), kurs tukar rupiah terhadap dollar kembali melemah di posisi Rp 15.180,15 per dollar AS.
"Mungkin ke obligasi-obligasi yang diterbitkan negara untuk mendukung kekuatan ekonomi kita, karena negara butuh pembiayaan sekarang," kata Sandiaga di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Jumat (5/10/2018).
Seperti diketahui, mantan Wakil Gubernur DKI itu menjual sebagian kecil sahamnya sebanyak 51.400.000 lembar saham yang dilakukan pada level Rp 3.779. Artinya Sandiaga memperoleh pundi uang Rp 194,08 miliar dari hasil penjualan.
Baca: IPW: Kasus Ratna Sarumpaet Hanya Heboh di Awal dan Akan Senyap di Ujung
Sebelum dilakukan penjualan, jumlah saham Sandiaga di PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencapai 754.115.429 lembar saham atau setara dengan 27,79 persen kepemilikan saham di perusahaan investasi tersebut.
Pasca penjualan, kepemilikan saham Sandiaga di Saratoga hanya berkurang tipis menjadi 702.715.429 lembar saham atau 25,9%.
Baca: Dibuka Pagi Ini, Garuda Indonesia Travel Fair Phase II Targetkan Transaksi Rp 218 Miliar
"Saya menjual sebagian kecil saham saya di Saratoga. Kalau nggak salah sekitar dua persen dari total kepemilikan saya, dan akan saya evaluasi terus dalam hari-hari ke depan ini," ujarnya.
Dengan penjualan ini, Sandiaga berharap langkah yang diambilnya dapat diikuti oleh para pengusaha lain untuk membantu pemerintah memperkuat ekonomi Indonesia dengan membeli obligasi atau surat hutang yang diterbitkan pemerintah.
"Ini menunjukkan kepercayaan kepada ekonomi Indonesia, bagaimana keadaan ekonomi dan ini saatnya kita menunjukkan keberpihakan kita kepada surat berharga yang diterbitkan pemerintah," terangnya.
--