TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa pihak menentang digelarnya pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional-Bank Dunia 2018 di Indonesia. Ungkapan pertentangan terutama disampaikan pihak oposisi pemerintah.
Bahkan, koalisi calon presiden Prabowo Subianto meminta pelaksanaan acara itu ditunda agar semua pihak fokus pada penanganan dampak bencana di Sulawesi Tengah.
Di samping itu, mereka mengkritisi anggaran untuk persiapan pertemuan itu yang sangat mahal. Ada juga yang menganggap pertemuan IMF-Bank Dunia itu tak memberikan kemaslahatan bagi rakyat.
Tak terkecuali Andi Arief, politisi Partai Demokrat yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono, turut melontarkan sindiran melalui akun Twitternya.
"Ada partai menjual nama Soekarno. Punya slogan wong cilik. Sekarang terlentang minta dicumbu IMF," kata Andi yang dia kicaukan pada 6 Oktober 2018.
Baca: Luncurkan portal, Anak Usaha Bursa Rambah Medium Digital
Tweet tersebut direspon akun @prastow yang menyebut pemerintahan sebelumnya yang memperjuangkan agar Indonesia menjadi tuan rumah pelaksanaan pertemuan IMF-Bank Dunia.
Cuitannya itu mendapat tanggapan dari akun lain yang "mencolek" akun Twitter mantan Menteri Ekonomi di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Chatib Basri, untuk meminta bukti kebenarannya.
Kunci Jawaban Tebak Kata Shopee Mode Reguler Level 1581 1582 1583 1584 1585 1586 1587 1588 1589 1590
LINK Live Streaming Persib Bandung Lawan Persikabo 1973 Kick Off 20.30 WIB, Bisakah Maung Pesta Gol?
Chatib, melalui akun Twitternya, @ChatibBasri, membenarkan hal tersebut. "Ya benar, bersama Bank Indonesia , pemerintah mengajukan diri menjadi tuan rumah pertemuan tahunan September 2014. Prosesnya tidak mudah, bersaing dengan negara-negara lain. Indonesia dipilih menjadi tuan rumah Oktober 2015, kalau saya tidak salah," kata Chatib.
Ia pun melanjutkannya dengan tweet berseri mengenai pelaksanaan pertemuan IMF-Bank Dunia. Chatib mengatakan, memperjuangkan agar Indonesia menjadi tuan rumah perhelatan besar itu bukan sesuatu yang mudah.
Prosesnya tentu selalu didiskusikan dengan SBY yang masih menjadi presiden saat itu. Cara pengajuannya sama seperti pelaksanaan APEC atau Asian Games.
"Indonesia tentu ingin berperan memasukkan agendanya dalam kebijakan ekonomi global demi kepentingan Indonesia, seperti juga ketika kita menjadi tuan rumah APEC 2013. Apalagi Indonesia angggota G-20," kata Chatib.
Pada kesempatan itu, Chatib membantah pertanyaan bahwa pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia untuk memperbesar utang Indonesia.
Dia menegaskan, pertemuan tersebut murni untuk penyelenggaraan tahunan IMF-Bank Dunia dan giliran Indonesia yang diberi kesempatan menjamu mereka. Menurut dia, Indonesia patut berbangga karena bru empat negara di Asia yang menjadi ruan rumah.