TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Berawal dari kantor garasi rumah dan memiliki lima karyawan tahun 1998 dan bermodal awa lRp 100 juta, OBAJA Tour terus tumbuh berkembang.
Setelah 20 tahun operasional, perusahaan yang awalnya menjual tiket pesawat untuk Tenaga Kerja Indonesia telah memiliki 390 karyawan.
PT BET Obaja International telah memiliki anak perusahaan, yakni PT Obitrans Indonesia (bisnis rental mobil) tahun 2016, PT Obaja Document Solution (2017).
Kemudian PT Enam Dunia Wisata (Pygmatour) bergerak di bidang incentive tour (MICE), PT Karunia Tour PT Kibar Kreatif International berbisnis jasa event organizer dan PT Amos Tour Indonesia yang melayani whole saler& retail.
Owner OBAJA Tour Rudy Lie mengatakan, walaupun dibilang berkembang pesat, dirinya masih memiliki impian yakni pioneer di industri travel dengan segala fasilitas pendukung yang terintergrasi sehingga apapun yang berkaitan dengan dukungan pariwisata OBAJA menyediakan.
“Kami ingin menjadi one stop shopping buat pelanggan kami untuk memberi kemudahan dan pelayanan tentunya yang berkait dengan bisnis inti. Salah satunya mendirikan hotel,” kata nya saat berbincang dengan Tribunnews belum lama ini.
Baca: Wisata Situ Rawa Gede Kini Punya Kapal Getek Lho, Kamu Gak Bakal Bosan Main Ke Sini
Rudy meyakini, bisnis tour akan terus tumbuh seiring dengan kegiatan traveling yang sudah menjadi kebutuhan secondary atau sudah di bawah kebutuhan primer.
“Jadi ini merupakan bisnis yang akan terus berkembang dan dibutuhkan masyarakat,” katanya.
Diakui, persaingan di dunia bisnis tour &travel begitu kompetitif sehingga dirinya harus efisien dan selalu maintain cost yang baik dan mampu memberikan penawaran produk-produk kreatif yang mampu menarik pelanggan.
Alumni Universitas Taruma Negara ini meyakini mampu bersaing karena memiliki Value for money yang tinggi, variasi product tour yang beragam dan kedekatan dengan partner sehingga jadi point plus untu knegosiasi.
Berbeda dengan jasa tour lainnya, OBAJA lebih banyak bermain di kalangan corporate atau perusahaan dan saat ini memiliki 130 perusahaan yang menjadi langganan baik swasta nasional, BUMN hingga perusahaan multinasional.
“Sebanyak 80 persen yang kami layani adalah konsumen corporate, misalnya yang mengadakan acara outbond, wisata karyawan karena perusahaan untung dan sebagainya,” kata Rudy yang membangun bisnisnya ini berpartner dengan Ir Freddy Chandra.
Disinggung bagaimana OBAJA bisa survive di tengah melambungnya bisnis travel apps, Rudy Lie mengatakan, pilihan untuk menggunakan jasa travel agent seperti perusahaannya karena konsumen membutuhkan service konsultasiatau “dilayani” oleh manusia.
Baca: Pentingnya Tenaga Profesional Bidang Event di Bidang Periwisata
“Jadi bukan hanya sistem, semua adalah pilihan namun kami juga menyediakan apps bila customer kami membutuhkan kecepatanrespons yang 24 jam, semua serba otomatis. Masing-masing memiliki kelebihannya,” katamantan marketing officer di Bank Central Asia (BCA) ini.
Sesuai komitmennya saat mendirikan perusahan, dirinya selalu ingin memberikan pelayanan terbaik bagi konsumennya.
“Kami memiliki motto The Spirit of Excellence, jadi kami menjunjung tinggi komitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan memorable serta “value for money”. Saya sebagai CEO selalu memastikan bahwa itu yang dijadikan arah dan tujuan OBAJA,” katanya.
Terkait omset, Rudy mengatakan, perolehan omzet Obaja pada tahun 2016 mencapai angka Rp 1 triliun, dan di tahun 2017 mengalami pelonjakan hinggaRp 1,32 triliun sementara target kami tahun ini di Rp 1,7 triliun.
“Saat ini perusahaan memiliki 14 kantor cabang yang berada di Jakarta, Surabaya dan Bandung dan tahun 2019 melakukan ekspansi yakni membuka kantor di dua mall yang ada di Jakarta,” katanya.
Saat disinggung tentang apakah ada rencana IPO?, Rudy mengatakan "BEI sudah mendorong, namun kami belum ada kearah sana dalam waktu dekat ini," katanya.