TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Ketenagakerjaan RI Hanif Dhakiri menyebutkan tiga masalah ketenagakerjaan yang dihadapi penduduk Indonesia, yaitu dari segi kualitas, kuantitas dan persebaran.
Dilihat dari kualitas, Hanif mengatakan Indonesia sudah mempunyai tenaga kerja berkualitas tinggi, namun baru sampai level role model.
Para siswa atau perwakilan yang dikirim ke luar negeri seringkali mendapat medali di kompetisi internasional, tapi kualitas ini hanya dimiliki sebagian kelompok. Sekira 58 persen kelompok kerja di tanah air hanya mengenyam pendidikan hingga SD atau SMP.
"Role modelnya ada, di sisi pendidikan banyak yang juara. Tapi levelnya sampai role model saja. Di ruangan ini mungkin pendidikan hebat, tapi kalau lihat Indonesia keseluruhan pakai drone umpamanya, kita kebanyakan tak lulus SMP," ungkapnya di acara Kompas100 CEO Forum di JCC Senayan, Jakarta, Selasa (27/11/2018).
Kedua, jumlah tenaga kerja Indonesia yang punya keahlian dan dibutuhkan dunia industri masih kecil.
"Investor alami kesulitan di daerah, butuh tukang las 100 orang saja susahnya setengah mati. Di Morowali nyari 2000 sopir truk, cuma 8 orang padahal syaratnya cuma SIM B2," terangnya.
Masalah ketiga adalah persebaran tenaga kerja yang mempunyai keahlian belum merata. Menaker Hanif mengimbau para pemerintah daerah menggencarkan pelatihan SDM guna meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia.
"Konteks persebaran terpenting adalah peran Pemda yanf masih minimal investasi SDM. Kami di pusat siapkan anggaran latihan untuk berbagai kejuruan. Mustinya mereka alokasi sendiri untuk hal itu dari APBD," ucapnya.
Untuk itu, pemerintah menyiapkan berbagai solusi atas masalah-masalah tersebut.
Di antaranya memberikan kelompok pekerja miskin pelatihan untuk meningkatkan kemampuan (upskilling), memberi pelatihan bagi lulusan SMK atau vokasi dan lainnya.
"Dengan modal dasar ini mau enggak mau Indonesua harus maju, terobosannya genjot pendidikan vokasi, jalan cepat untuk tingkatkan kompetensi kualitas SDM kita agar berdaya saing," pungkasnya.