TRIBUNNEWS.COM, DEPOK – Perbankan nasional didorong tidak hanya menyalurkan pembiayaan ke sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan kapasitas bisnis bagi pelaku usaha mikro, melainkan juga memerhatikan dari sisi keberlanjutannya.
Demikian disampaikan Komisaris PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Rofikoh Rokhim, saat memaparkan Diseminasi Riset KUR dan Kupedes di Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok, Kamis (27/12/2018).
Menurutnya, dengan adanya akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) maupun Kredit Umum Pedesaan (Kupedes), pelaku usaha mikro tidak hanya bisa makin melebarkan bisnisnya, tetapi juga pada saat yang bersamaan mulai menyadari pentingnya mendorong nasabah menciptakan nilai bersama (shared value), sehingga dapat meningkatkan kondisi kesehatan, lingkungan, pendidikan dan indikator-indikator lain dari social wellbeing.
“Tidak hanya semata mereka diberikan akses modal, Tapi harus melihat jauh ke depan, suistainability-nya, mereka memperhatikan lingkungan, supplay chain, mereka juga memperhatikan klaster yang sama untuk maju bersama,” kata Rofikoh.
Dijelaskan Rofikoh, perbankan juga harus memperluas penyaluran KUR ke sektor produktif yang tidak hanya menyasar ke sektor perdagangan, tetapi juga ke sektor produksi. Pada 2018, BRI misalnya mendapat alokasi pembiayaan KUR senilai Rp 79 triliun. Jumlah tersebut setara 68 persen penyaluran KUR secara nasional yakni sebesar Rp 116 triliun.
Baca: 10 Kebiasaan Sederhana ini Bisa Membuat Kita Panjang Umur, Apa Saja?
Sebagai bank BUMN, kata Rofikoh, BRI tidak hanya berorientasi pada keuntungan, namun bank dengan kode saham BBRI itu juga berkontribusi dalam menciptakan shared value bagi nasabahnya.
Rofikoh mengatakan, berdasarkan riset dengan metode kuantitatif yang dilakukan kepada 80.090 nasabah KUR dan 95.195 nasabah Kupedes BRI melalui pengisian kuesioner secara daring pada periode 17-20 Desember 2018 oleh tim dosen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hasil survei menunjukkan nasabah menganggap penyaluran KUR dan Kupedes BRI memiliki peran dalam membantu nasabah untuk menciptakan shared value dari proses redefinisi produk dan pasar.
Selain itu juga membantu nasabah untuk menciptakan shared value dari proses perbaikan produktivitasnya.
“Nasabah menganggap penyaluran KUR dan Kupedes oleh BRI penting dalam upaya mereka menciptakan shared value melalui pengembangan kluster usaha,” kata Rofikoh.
Hasil survei tersebut nantinya akan menjadi masukan bagi BRI, bahwa dalam melakukan penyaluran pembiayaan, BRI tidak hanya berorientasi pada keuntungan namun juga untuk meningkatkan kesejahteraan nasabah dan pemangku kepentingan nasabah.
Sekadar mengingatkan, pada triwulan III-2018, Bank BRI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 808,9 triliun. Penyaluran kredit tersebut naik 16,5 persen dibandingkan periode September 2017 sebesar Rp 694,2 triliun.
Dari sisi komposisi kredit, Bank BRI menyalurkan senilai Rp 621,8 triliun atau sekitar 76,9 persen dari total kredit ke segmen UMKM hingga akhir September 2018.
Hingga akhir September 2018, BRI menyalurkan KUR senilai Rp 69 triliun atau 86,6 persen dari target penyaluran tahun 2018 sebesar Rp 79,7 triliun. KUR tersebut disalurkan kepada lebih dari 3,4 juta debitur.