TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masa angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2019 telah berkahir pekan lalu. Namun, masih banyak masyarakat yang mengeluhkan soal tingginya harga tiket pesawat.
Keluhan-keluhan tersebut dilontarkan warganet melalui platform sosial media, Twitter. Mereka beramai-ramai memposting curhatan mereka dengan tagar #tiketpesawatmahal
Melalui pantauan Tribunnews.com di Twitter, Kamis (10/1/2018), sejumlah orang me-mention akun Twitter Menteri Perhubungan (Budi Karya Sumadi) untuk meminta tarif batas atas tiket pesawat diturunkan.
Seperti yang dicuitkan akun @bobbydonny "Tolong pak @BudiKaryaS harga tiket pesawat skrg kok melonjak 2x lipat meski sdh lewat peak season.. @lionairgroup @Citilink #tiketpesawatmahal," cuitnya.
Sementara akun @chaniagointan menyebut ada kenaikan hingga dua kali lipay untuk rute penerbangan Medan-Lampunh. “Lihat harga tiket pesawat Medan-Lampung. Terkejoed akutu. Mahal bingiit. Perasaan Oktober kemaren masih dapat 900an, sekarang paling murah 1500an.. Sakit kepala seketika,” tulisnya.
Bahkan, ada yang membuat petisi "Turunkan harga tiket pesawat domestik Indonesia." Petisi di situs Change.org itu sudah ditandatangani sebanyak 6.847 orang.
Tanggapan Maskapai Penerbangan
Menanggapi keluhan warganet tersebut, Senior Manager Public Relation Garuda Indonesia Ikhsan Rosan menegaskan range harga pesawat yang ditetapkan maskapainya tidak menyalahi aturan batas atas oleh Kemenhub.
Ia juga menampik pihaknya menaikkan harga tiket pesawat, melainkan harga disesuaikan dengan jumlah permintaan yang masih tinggi.
"Untuk tarif, kami selalu mengikuti ketentuan yang ada. Tidak pernah melampaui batas atas yang ada. Pasca liburan ini, permintaan ke kota-kota besar memang masih tinggi," jelas Ikhsan Rosan saat dikonfirmasi Tribunnews.com, Kamis (10/1/2019).
Senanda dengan Garuda Indonesia, Lion Air memastikan harga yang ditetapkan masih sesuai aturan.
"Kalau tarif tiket hingga Januari 2019 ini mengikuti aturan, tidak melebihi batas atas," terang Corporate Communications Strategic of Lion Air Danang Mandala Prihantoro kepada Tribunnews.com