TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Kilang minyak Pertamina-Rosneft yang akan dibangun di Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban diklaim bisa mengurangi impor atas kebutuhan minyak dalam negeri.
Meski saat ini progres pembangunan kilang minyak masih mendapat penolakan keras dari warga desa yang akan ditempati.
Pada opsi lokasi pembangunan kilang minyak yang baru ini membutuhkan lahan sekitar 841 hektar.
Rinciannya lahan KLHK 348 hektar, dan lahan warga 493 hektar, meliputi Desa Wadung, Sumurgeneng, Kaliuntu dan Rawasan.
Sedangkan di lahan sebelumnya di Desa Remen dan Mentoso membutuhkan lahan 548 hektar.
Rinciannya lahan KLHK 348 hektar, dan lahan warga sekitar 200 hektar lebih yang tak kunjung selesai pembebasannya.
Manager Communication & CSR Marketing Operation Region (MOR) V, Rustam Aji mengatakan, jika kilang minyak beroperasi maka bisa mengurangi kuota impor dalam negeri.
Saat ini, jumlah kebutuhan BBM dalam negeri mencapai 1,5 juta barel per hari. Di antaranya didapat dari Impor.
"Ya sekarang jumlah BBM yang dibutuhkan 1,5 juta barel per hari," ujarnya dikonfirmasi, Kamis (10/1/2019).
Dia menjelaskan, dari jumlah total kebutuhan tersebut, sekitar 60 persen mampu dicukupi dalam negeri, sedangkan sisanya diperoleh dari impor.
Sebab, kilang minyak di Indonesia mampu memproduksi sekitar 1 juta barel per hari, dari minyak mentah.
Namun, yang jadi BBM hanya sekitar 70-80 persen, sisanya jadi pelumas maupun bahan aspal.
"Pengolahan kilang dalam negeri yang jadi BBM 700-800 ribu barel per hari, nah sisanya dari jumlah kebutuhan 1,5 juta barel kita impor," terangnya.
Rustam menjelaskan, jika kilang minyak New Grass Root Refinery perusahaan patungan Indonesia dan Rusia ini beroperasi, maka akan mengurangi impor.