News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Schroder: Genjot Likuiditas untuk Tarik Investor Asing

Penulis: Ria anatasia
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

(kiri-kanan) Executive Director of Charta Politika Yunarto Wijaya, CEO Schroders Indonesia Michael Tjoajadi, dan Head of Wealth Management and Client Growth Business of Commonwealth Bank Ivan Jaya, seusai acara Konferensi Pers Market Outlook 2019 dan peluncuran CommBank SmartWealth di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Schroder Investment Management Indonesia menilai tahun ini laju pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) bakal melemah.

Konsekuensinya, para investor bakal memindahkan aliran dana ke emerging market atau negara-negara berkembang di Eropa dan Asia, termasuk Indonesia.

Presiden Direktur Schroders Indonesia Michael Tjoajadi mengungkapkan, pasar modal Indonesia harus siap bersaing ketat dengan pasar saham Vietnam, Filipina, dan Thailand untuk menarik para investor menanamkan modal ke dalam negeri.

"Kompetisi kita di SEA dengan Thailand, filipina. Vietnam sekarang muncul, tentu cukup berkompetisi. Kita maunya compete dengan Singapura, tapi kita masih butuh banyak pekerjaan. Di Singapura likuiditas dia gede banget, jadi untuk foreign investor jauh lebih banyak. Market cap jauh lebih besar," jelas Michael di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (17/1/2019).

Guna menarik dana asing tersebut, Michael berpendapat perlu adanya peningkatan likuiditas pasar.

"Kalau kita ingin investor masuk lebih banyak dana ke Indonesia, maka harus perbaiki likuiditas kita, semakin bagus makin banyak masuk biar mudah kalau keluar. Jadi tidak ada masalah dengan likuiditas sebenarnya, cuma agar stock market lebih baik likuiditas diperbaiki," terangnya.

Salah satu strategi peningkatan likuiditas, menurutnya, adalah meningkatkan jumlah saham free float (besaran saham publik minimal).

"Banyak public company, likuiditas menambah cuma orang asing gak bisa beli saham itu kekecilan bagi dia. Tapi kalau go public dengan jumlah lebih besar, maka akan menolong banyak," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini