Bahkan, banyak penumpang yang menyalahkasn pemerintah meskipun kenaikan harga tiket pesawat maupun penghapusan bagasi gratis adalah murni kebijakan kelompok maskapai.
Fenomena ini sebenarnya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di hampir seluruh Asia Tenggara, khusunya untuk penerbangan domestik dan jarak pendek.
Sebuah artikel yang dilansir South China Morning Post, Senin (4/2/2019) menggambarkan masalah besar yang dihadapi oleh hampir semua maskapai penerbangan di Asia Tenggara dalam kuartal terakhir.
Lonjakan penumpang yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Asia, terutama Asia Tenggara, ternyata tidak berbanding lurus dengan keuntuhngan maskapai.
SCMP mengutip laporan terakhir oleh CAPA Centre for Aviation yang berbasis di Sydney.
Menurut studi CAPA, dari 20 maskapai penerbangan yang ada di Asia Tenggara, hanya enam perusahaan saja yang mencatatkan untung, sementara 14 lagi merugi.
Bahkan, dari 20 maskapai tersebut, 19 diantaranya mencatat penurunan laba dari periode Juli hingga September 2018, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Studi tersebut mengatakan, Asia Tenggara adalah pasar dengan pertumbuhan penumpang yang cepat namun tidak menghasilkan untung.