Laporan Reporter Kontan, Benedicta Prima
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa ekonom memproyeksikan neraca dagang Januari 2019 masih akan defisit. Salah satunya adalah ekonom Core Muhammad Faisal yang memproyeksikan defisit neraca dagang akan berada di bawah US$ 1 miliar.
"Defisit saya kira akan menipis karena impor berkurang di Januari," ungkap Muhammad Faisal saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/2/2019).
Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor musiman yang memang biasanya impor turun di awal tahun. Sedangkan ekspor belum ada peningkatan yang signifikan, karena kondisi global yang masih lesu.
Rekannya, Piter Abdullah menambahkan impor sedikit melambat karena penguatan rupiah dan harga minyak yang tidak lagi terlalu tinggi seperti tahun lalu.
Hal serupa juga diungkapkan oleh ekonom Indef Bhima Yudhistira. Dia memproyeksikan neraca dagang januari 2019 masih defisit meskipun tidak sebesar bulan sebelumnya. "Angkanya belum saya hitung spesifik," ujar Bhima.
Baca: Pesaing Baru Pertamina, BP Resmi Operasikan SPBU di Indonesia
Namun dari segi impor bahan baku di Januari cenderung turun, harga minyak mentah juga relatif lebih rendah sehingga tidak ada tekanan impor yang besar.
Namun efek perang dagang masih konsisten, sehingga berimbas ke ekspor komoditas batubara sawit yang melemah. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih memperkirakan neraca dagang per Januari 2019 masih mengalami defisit.
Utamanya karena harga minyak mentah dalam tren penurunan. "Saya perkirakan sekitar US$ 800 juta defisitnya," imbuh Lana.