TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Eric Sugandi memproyeksikan defisit neraca dagang Februari 2019 sebesar US$ 803 juta. Perkiraan defisit neraca dagang tersebut lebih rendah bila dibanding Januari 2019 yang mencapai US$ 1,16 miliar.
"Saya perkirakan ekspor dan impor turun secara bulanan maupun tahunan," ujar Eric saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (14/3/2019).
Kendati demikian, nilai impor pada Februari 2019 diperkirakan masih lebih besar dari pada ekspor. Penurunan ekspor terutama disebabkan turunnya ekspor non-migas karena adanya penurunan permintaan dari China.
Sedangkan ekspor migas diperkirakan mengalami pertumbuhan secara bulanan.
Hal ini disebabkan harga komoditas yang sedikit membaik pada Februari 2019 bila dibandingkan bulan sebelumnya. "Namun penurunan ekspor non-migas menyebabkan nilai ekspor secara keseluruhan turun," jelas Eric.
Baca: Hitung Cepat Baru Boleh Dipublikasi 2 Jam Setelah Pemungutan Suara Selesai
Perlambatan pertumbuhan ekonomi global masih menjadi tantangan bagi neraca perdagangan Indonesia. Terutama lesunya permintaan global, utamanya dari Tiongkok. Apabila permintaan melambat, maka harga minyak berisiko tertekan sehingga menekan ekspor migas Tanah Air.
Indonesia perlu melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor. Apalagi selama ini ekspor condong ke China, Amerika Serikat (AS), Jepang dan Singapura.
Selain itu, Indonesia masih perlu mendorong ekspor manufaktur dengan mendorong hilirisasi industri sehingga ketergantungan pada ekspor komoditas ekstraksi bisa dikurangi.
Reporter: Benedicta Prima
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Ekonom Eric Sugandi prediksi neraca dagang Februari 2019 defisit US$ 803 juta