TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Sumber Graha Sejahtera atau dikenal dengan nama Sampoerna Kayoe berhasil membuktikan, memproduksi kayu olahan untuk pasar lokal dan ekspor tidak harus dengan cara membabat hutan alam atau hutan lindung.
Dengan pendekatan pola kemitraan dengan petani, perusahaan yang didirikan keluarga Putera Sampoerna, ini berhasil menyulap kayu sengon hasil tanaman petani di Pulau Jawa dan kayu karet afkiran yang sudah tidak produktif dari kebun-kebun di Pulau Sumatera menjadi aneka produk kayu olahan, seperti ragam produk kayu lapis, plyood, laminated veneer lumber (LVL), deck, rangka atap, kusen, produk pintu untuk hunian dan bak truk.
Aneka produk berbasis kayu ini tidak hanya sukses didistribusikan di pasar domestik tapi juga pasar ekspor dan menembus pasar di 40 negara, termasuk pasar Asia Tenggara, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan negara-negara di Timur Tengah.
Chief Executive Officer (CEO) Sampoena Kayoe, Riko Setyabudhy Handoko mengatakan, saat ini pihaknya menguasai pasar aneka produk kayu olahan di Asia Tenggara, Jepang, Korea, dan Amerika Serikat dengan rata-rata pangsa pasar 35 persen.
Sejumlah aneka produk kayu olahan Sampoerna Kayoe ini dipamerkan di ajang pameran produk properti Indobuildtech 2019 mulai 20-24 Maret 2019 di ICE, BSD, Tangerang.
"Partisipasi kami di event Ini menjadi salah satu bukti nyata keseriusan Sampoerna Kayoe menjalankan semangat 'Unlimit Possibilities' yang menjadi tagline utama dalam memajukan industri kayu olahan di Indonesia dan pasar mancanegara," ungkap Riko, Kamis (21/3/2019).
Riko menjelaskan, tahun 2019 menjadi tahun awal brand activation Sampoerna Kayoe setelah sebelumnya sukses melakukan re-branding merk Samko Timber menjadi Sampoerna Kayoe.
Riko menjelaskan, kiprah Sampoerna Kayoe di pasar ekspor selama ini membukukan pendapatan tinggi kepada perusahaan yang berarti pula memberikan kontribusi bagi peningkatan devisa bagi negara.
"Sebanyak 50 persen pendapatan kita berasal dari ekspor. Total produksi kita saat ini di atas 850 ribu m3 dan tahun ini akan kita genjot menjadi di atas 900 ribu m3," ungkap Riko.
Dia menyebutkan, khusus produk kayu lapis, permintannya di pasar domestik terus naik, rata-rata 10 persen per tahun. "Tapi tahun ini karena ada momen Pemilu kita perkirakan tumbuh hanya sekitar 6 persen. Sementara, untuk pasar ekspor, penjualan kita tumbuh lebih agresif, sekitar 20 persen," bebernya.
Riko menyebutkan, kayu olahan produksi Sampoerna Kayoe saat ini ita sangat disukai untuk kebutuhan dan segmen tertentu di pasar luar negeri. Misalnya, kayu olahan untuk material bak truk di Jepang. "Hampir semua kebutuhan kayunya disuplai dari kita," ungkap Riko.
Begitu juga, kayu olahan dari Sampoerna Kayoe juga dipercaya untuk membuat bodi piano oleh sebuah perusahaan produsen piano ternama di Jepang.
Riko menjelaskan, kemitraan dengan sekitar ribuan petani di Pulau Jawa, Sumatera dan Sulawesi sebagai pemasok kayu log sengon dan kayu log tanaman karet afkiran dari kebun karet yang sudah tidak produktif membuat perusahaannya memiliki bisnis yang sustainable di bagian hulu.
Baca: Suku Bunga Acuan Bank Indonesia Bertahan di Level 6 Persen
Hal ini membuat produk Sampoerna Kayoe mudah menembus pasar ekspor terutama di negara maju seperti Eropa yang sangat ketat kontrol mereka terhadap asal perolehan kayu yang digunakan sebagai bahan baku.
Rudiyanto Tan, Direktur Komersial Sampoerna Kayoe menambahkan, Sampoerna Kayoe menggunakan bahan baku kayu yang sangat berkelanjutan dengan menerapkan strategi pembagian bibit tanaman sengon dan karet secara gratis kepada masyarakat yang memiliki lahan, termasuk lahan-lahan kurang produktif yang juga bisa ditanam dengan sistem tumpang sari.
Pihaknya kemudian membeli panenan kayu yang dihasilkan dari kebun dan lahan petani dan selanjutnya diolah di sejumlah pabrik Sampoerna Kayoe yang berlokasi di Sumatera, Pulau Jawa dan Sulawesi.
Christine Suhartini, Head of Marketing Sampoerna Kayoe mengatakan, selain memberikan bibit sengon dan karet gratis ke masyarakat, pihaknya juga mengedukasi mereka tentang teknik perawatan tanaman agar pertumbuhannya maksimal.
"Kita mengajari juga cara menanam sengon dengan teknik tumpangsari dengan tanaman cabe atau nanas agar petani bisa panen berkali-kali," ujarnya.
Rudiyanto menyebutkan, sampai akhir 2018 lalu pihaknya telah membagikan lebih dari 67 juta bibit sengon dan karet ke masyarakat. Penggunaan sumber bahan baku yang berkelanjutan ini membuat Sampoerna Kayoe mengantongi sertifikasi internasional FSC sebagai industri kayu yang memperhatikan aspek keberlanjutan pelestarian lingkungan.