TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) terjun bebas dalam beberapa hari terakhir.
Per Kamis (18/4/2019), sebagaimana dikutip dari RTI, saham Saratoga berada di posisi 3530, turun 310 poin atau minus 8,07 persen.
Saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dibuka anjlok pada perdagangan perdana pascapemilu.
Menurut data RTI, harga saham SRTG sempat turun 11,46 persen di awal perdagangan ke Rp 3.400.
Pada akhir perdagangan sesi I, penurunan harga saham SRTG mengecil menjadi 3,91 persen ke level Rp 3.690 per saham.
Anjloknya saham Saratoga lantas dikaitkan dengan kontestasi politik, di mana pemiliknya, Calon Wakil Presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno, kalah suara dalam hitung cepat.
Kandidat nomor urut 01 Joko Widodo dan Maruf Amin unggul dalam hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.
Analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada mengatakan muncul reaksi negatif dari pelaku pasar bahwa kinerja Saratoga akan turun jika Sandi kalah.
Namun, menurut Reza Priyambada hasil Pemilu tak terlalu berdampak signifikan pada saham perusahaan tersebut.
Baca: Mahfud MD: Kita Tak Harus Percaya Hasil Hitung Internal Kontestan Pilpres, Quick Count & Real Count
"Terkait pemilu memang ada pengaruhnya, tapi tidak terlalu signifikan. Lebih kepada investor dan analis suka menghubungkan satu kejadian dengan kejadian lain," ujar Reza kepada Kompas.com, Kamis (18/4/2019).
Reza Priyambada menduga ada faktor lain yang menyebabkan saham Saratoga terus merah.
Diketahui, Saratoga melepas 19 juta saham melalui Bursa Efek Indonesia (BEI).
Transaksi dilakukan pada tanggal 8 April sebanyak 5 juta saham, 9 April sebanyak 2 juta saham, 10 April sebanyak 7 juta saham dan 12 April sebanyak 5 juta saham.
Setelah transaksi, kepemilikan Sandiaga atas saham SRTG turun menjadi 586.365.429 dari 605.365.429, atau setara 21,61 persen dari sebelumnya 22,31 persen saham.
Menurut Reza Priyambada, faktor tersebut lebih berdampak signifikan membuat saham Saratoga terus turun.
Pasar membaca gelagat bahwa Sandi menjual saham untuk kepentingan politiknya sebab tak ada pernyataan resmi yang menjelaskan alasan Saratoga melepas aset.
"Ketika Sandi lepas saham, asumsinya dia jual saham buat dana kampanye. Padahal belum tentu juga. Bisa saja dia buat menyiapkan bisnis lainnya," kata Reza Priyambada.
"Karena tidak jelas infonya sehingga memunculkan asumsi tadi," lanjut dia.
Harga saham PT Saratoga Investama Sedaya Tbk pada Kamis (18/4/2019) mendekati level terendah SRTG tahun 2019 yang ada di Rp 3.640 per saham pada 9 Januari lalu.
Sedangkan harga saham tertinggi Saratoga tahun ini adalah Rp 4.490 per saham yang tercapai pada 11 Maret 2019.
Harga saham SRTG hari ini turun 17,82 persen dari level tertinggi 2019.
Hasil hitung cepat yang menunjukkan ketertinggalan ini menjadi sentimen negatif lain bagi pergerakan SRTG. Dari aspek fundamental, kinerja SRTG juga tidak menggembirakan.
Berdasarkan laporan keuangan SRTG, tahun lalu perusahaan perdagangan dan investasi ini mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 6,19 triliun.
Kerugian Saratoga disebabkan oleh kerugian portofolio investasi SRTG. Padahal tahun sebelumnya perusahaan ini membukukan laba Rp 3,27 triliun.
Kerugian ini berasal dari kerugian bersih atas investasi pada efek ekuitas yang mencapai Rp 7,25 triliun. Ini adalah kerugian bersih atas investasi pada efek ekuitas.
Kerugian ini terutama berasal dari efek PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Rp 4,21 triliun. (Tribun Network/Kompas.com/Kontan)