TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga emas bergerak naik pada hari Selasa karena lesunya data aktivitas manufaktur China mendorong turun indeks saham Asia, memicu kekhawatiran terhadap kesehatan ekonomi global.
Indeks manufaktur China turun ke level 50,1 di bulan April dari Maret yang ada di level 50,5 yang memicu kekhawatiran terhadap ekonomi China dan menekan turun pasar ekuitas Asia.
Selasa (30/4/2019) pukul 16.45 WIB, harga emas untuk pengiriman Juni 2019 di Commodity Exchange ada di US$ 1.286,60 per ons troi, naik 0,39% dari sehari sebelumnya yang ada di US$ 1.281,50 per ons troi.
Analis di CMC Markets di Singapura Margaret Yang, mengatakan, ada sentimen bearish di seluruh pasar Asia karena data indeks manufaktur China sangat mengecewakan yang memicu aksi jual di mata uang dan pasar ekuitas pasar berkembang.
Baca: Mau Beli Xpander? Seperti Ini Paket Gratis Suku Cadang dan Oli yang Disiapkan Mitsubishi ke Konsumen
Sementara itu analis Monex Investindo Futures Faisyal memandang investor saat ini bersiap untuk sejumlah data ekonomi zona Euro dan pertemuan Federal Reserve yang berlangsung dua hari, yang akan dimulai hari ini.
“Emas cenderung digunakan oleh investor sebagai aset investasi safe haven di tengah kekhawatiran terhadap ekonomi dan politik,” kata Faisyal (30/4/2019).
Ia menambahkan pemicu lainnya yang berpeluang menggerakkan harga emas adalah data CB Consumer Confidence AS yang dirilis pukul 21:00 WIB.
20 Latihan Soal IPAS Kelas 4 SD BAB 4 Kurikulum Merdeka serta Kunci Jawaban, Perubahan Bentuk Energi
Latihan Soal & Kunci Jawaban Informatika Kelas 10 SMA/MA Materi Informatika dan Keterampilan Generik
Faisyal memprediksi harga emas pada perdagangan selanjutnya akan berada di kisaran support antara US$ 1.276, US$ 1.271, dan US$ 1.265 per ons troi.
Sementara level resistance antara US$ 1.284, US$ 1.289, dan US$ 1.295 per ons troi.
Reporter: Yusuf Imam Santoso
Artikel ini tayang di Kontan dengan judul Harga emas makin berkilau, ini penyokongnya