TRIBUNNEWS.COM, CIREBON - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) mencatat adanya penurunan terhadap penyaluran beras untuk program beras sejahtera (rastra) sejak bantuan pemerintah bertransformasi menjadi Bantuan Pangan non Tunai (BPNT).
Direktur Pengembangan Bisnis dan Industri Bulog Imam Subowo memaparkan, pada 2017 penyaluran beras Bulog untuk program rastra mencapai 2,7 ton. Kemudian mengalami penurunan menjadi 1 juta ton pada 2018, dan anjlok ke 260 ribu ton untuk 2019.
"Tahun ini bansos (banstuan sosial) rastra terakhir. Tergantikan BPNT. Pada 2019 ini sisa ujung-ujung (daerah) yang BPNT belum terjangkau, diberi beras rastra. Contoh di Cianjur hingga Mei saja, habis itu sudah selesai semua," ujar Imam di Gudang Bulog Pegambiran, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (3/5/2019).
Jika sebelumnya dalam program rastra menjadi penyalur tunggal, lain halnya dengan BPNT. Bulog harus bersaing dengan penyalur lainnya, sehingga mereka terpaksa menjual beras dengan harga komersial agar stok yang masih menumpuk di gudang bisa terserap.
Baca: Tanggapi Isu Reshuffle Menteri, KPK Ingin Pemerintah Tegakkan Manajemen Anti Korupsi
"BPNT itu pasarnya bebas, tapi memang bicara ideal bulog diwajibkan menyerap. Logika tergampang, seharusnya kalau kewajiban nyerap, bisa tersedia kewajiban mengeluarkan. Kalau rastra kan tersalur satu arah. BPNT kan sifatnya jual beli. Jadi Bulog sudah siap sesuai standar yang baku. Biar pembeli milih cocok tidak sama beras kami," jelasnya.
Imam mengatakan, Bulog menargetkan penyerapa beras bulog dengan harga komersil terus meningkat.
"Sekarang masih bertahap, kita dorong bergerak naik. Terkahir komersil 20-30 persen tapi ini terus meningkat. Mau tidak mau kita perlu komersial," pungkasnya.
Untuk diketahui, hingga 29 April 2019, stok beras di gudang Bulog secara sebanyak 2.034.965 ton. Jumlah itu merupakan akumulasi dari stok yang dimiliki 26 divisi regional Bulog.