Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ria Anatasia
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengakui salah satu pekerjaan rumah yang harus ditangani serius oleh pemerintah dan pemangku kepentingan di otoritas keuangan adalah mengatasi defisit neraca transaksi berjalan atau current accout defisit (CAD).
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah mengatakan, melebarnya CAD karena perekonomian Indonesia masih bergantung pada harga komoditas mentah yang saat ini cenderung fluktuatif.
"Salah tantangan kita di current account defisit, karena Indonesia masih andalkan harga komoditas, sehingga begitu harga komoditas turun ekspor juga bisa mendowngrade turun," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, Senin (15/7/2019).
Menurutnya, ke depan pemerintah bekerja sama dengan seluruh pihak termasuk jasa keuangan dan pelaku industri perlu meningkatkan ekspor yang berbasis manufaktur.
Baca: Kasus Ikan Asin, Hotman Paris Nyindir, Halo Pengacara Muda: Lihat Caraku Nanganin Kasus
Selain meningkatkan ekspor, lanjutnya, pemerintah perlu mendorong industri untuk memproduksi bahan baku guna lebih mengurangi ketergantungan pada luar negeri.
"Bagaimana agar growth kita nanti ditopang ekspor berbasis manufaktur. Kuncinya industri dasar dibangun kuat agar ketergantungan bahan baku hingga intermediary dikurangi,” ucapnya.
Baca: Dahnil Anzar: Prabowo Paham Kekecewaan Para Pendukung karena Keputusannya Temui Jokowi
Sebagai informasi, defisit neraca transaksi berjalan (CAD) Indonesia hingga kuartal-I 2019 mencapai USD 7,0 miliar atau setara dengan 2,6 persen dari Produk Domestik Brutor (PDB). Angka itu lebih rendah dibandingkan defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD 9,2 miliar atau setara 3,6 persen dari PDB.
BI menyebutkan, hal tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk melakukan pengendalian impor beberapa komoditas tertentu yang diterapkan sejak akhir 2018.