TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat migas Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Fahmy Radhi menilai, Pertamina sangat sigap dalam menangani insiden gelembung gas di sumur YYA-1 area Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ).
Selain itu, upaya yang dilakukan juga dinilai sesuai dengan prosedur industri migas. Hal inilah yang menurut Fahmy, membuat BUMN tersebut setara dengan perusahaan migas kelas dunia, dalam menangani insiden.
“Ini membuktikan, bahwa dalam menangani peristiwa yang menimpa sumber produksinya, Pertamina bisa menyejajarkan diri dengan perusahaan migas dunia,” kata Fahmy dalam keterangannya.
Fahmy menilai upaya Pertamina dalam menangani gelembung gas di sekitar Sumur YYA-1 Blok ONWJ, sudah sangat bagus dan spontan menutup sumur tersebut. Bahkan, karena kesigapan itu pula, Pertamina bisa menghindarkan terjadinya korban jiwa.
Baca: Laporkan Lucinta Luna Soal Pencemaran Nama Baik, Rivelino Wardhana: Nanti Kita Tunggu Kelanjutannya
Baca: Sekolahnya Tergusur Proyek Kereta Cepat, Seperti Ini Nasib Siswa-siswinya
Baca: Sejumlah Partai Pendukung Prabowo Coba Merapat, PDIP: Kita Menghindari Terjadinya Obesitas Kekuasaan
“Makanya kita harus mengapresiasi Pertamina,” kata Fahmy. Dia membenarkan, bahwa dalam hal ini Pertamina terbukti sangat responsible dan capable.
Terkait penanganan insiden gelembung gas di sumur YYA-1 ONWJ, Pertamina memang melakukan upaya terbaik. Setelah mengirimkan tim tanggap darurat, Pertamina juga melanjutkan dengan pengerahan tujuh tim ahli yang berasal dari berbagai sektor.
Tim tersebut didukung 27 kapal dan berbagai peralatan untuk menangani risiko pencemaran lingkungan. Antara lain alat penangkap minyak 12 set (oil boom) dan puluhan drum dispersant.
Selain itu, Pertamina juga melibatkan pihak lain yang kredibel dan berpengalaman dalam menangani insiden serupa. Salah satunya, Boot & Coots, perusahaan asal AS pernah teruji dalam menyelesaikan peristiwa di Gulf Meksiko.
Lebih dari itu, Pertamina juga terus berkomunikasi dan koordinasi secara intensif dengan berbagai pihak. Antara lain dengan SKK Migas, Kementerian ESDM, Kementerian LHK, Pemerintah Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Daerah, TNI dan Kepolisian, Ditjen Perhubungan Laut, KSOP, KKP, Pushidros AL, dan KKKS.
Terkait berbagai upaya tersebut, Direktur Eksekutif Center for Energy Policy M Kholid Syeirazi juga mengapresiasi kesigapan Pertamina dan instansi lain.
Kholid menilai, bahwa seluruh upaya yang dilakukan Pertamina, sesuai dengan standar industri migas. Termasuk di antaranya, ketika dengan waktu cepat BUMN itu sudah mengaktifkan Incident Management Team (IMT) guna menanggulangi dampak yang lebih luas.