TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menyiapkan cadangan listrik untuk Moda Raya Terpadu (MRT) dan Kereta Rangkaian Listrik ( KRL).
Hal tersebut untuk mengantisipasi agar layanan tak terhenti jika terjadi kembali pemadaman listrik seperti yang terjadi pada Minggu (4/8/2019) lalu.
“Bayangkan KRL itu sudah 1,2 juta orang, mungkin MRT sudah mendekati 500.000 (penumpang). Begitu masifnya. Sehingga kita mengharapkan PLN ada back up,” ujar Budi di Jakarta, Selasa (6/8/2019).
Budi menambahkan, sebaiknya pasokan listrik bagi moda transportasi tak hanya dilayani dari satu pembangkit saja.
Sehingga, jika terjadi masalah di salah satu pembangkit, masih ada cadangan dari pembangkit lainnya.
“Katakanlah LRT dan MRT Jakarta ini disuplai dari Priok atau Gandul. Tapi di back up dengan sistem yang lain. Pembangkit itu dipisah, jangan digabung,” kata Budi.
Baca: Sempat Terganggu karena Listrik Padam Massal, MRT Jakarta Perkirakan Kerugian Rp 507 Juta
Sebelumnya, matinya aliran listrik di wilayah Jakarta membuat empat rangkaian perjalanan MRT Jakarta terhenti. Sebanyak 3.000 orang penumpang harus dievakuasi.
Dalam kesempatan terpisah, Corporate Secretary PT MRT Jakarta, Muhammad Kamaluddin mengatakan, cadangan pembangkit listrik atau backup genset di stasiun dan bukan di kereta.
Sehingga, matinya aliran listrik tidak mengganggu operasional MRT secara keseluruhan.
"Pembangkit listrik cadangan kami untuk menjamin suplai udara lancar, lampu emergency dan sebagainya tetap menyala saat mati lampu," ujar Kamaluddin, Minggu (4/8/2109).