TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga emas dunia mencapai level tertinggi dalam 6 tahun terakhir, saat eskalasi perang dagang memicu perburuan terhadap komoditas safe haven.
Pada perdagangan hari ini, Senin (26/8/2019) harga emas mencatat rekor tertinggi dengan kenaikan 0,98% ke level US$ 1.541 per ons troi, setelah sebelumnya menyentuh US$ 1.554 per ons, tertinggi sejak April 2013.
Mengutip Reuters, harga emas berjangka AS naik 0,8% menjadi US$ 1.549 per ons.
Pada hari Jumat, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bea tambahan 5% atas produk-produk China yang ditargetkan bernilai US$ 550 miliar, beberapa jam setelah Beijing meluncurkan tarif pembatasan atas produk-produk AS senilai US$ 75 miliar.
"Emas adalah penerima manfaat dari tweetstorm Presiden Trump pada hari Jumat," ujar Stephen Innes, Managing Partner di VM Markets.
Data Bloomberg menunjukkan, pagi tadi, harga kontrak berjangka emas reli sebesar 1,8% menjadi US$ 1.565 per troy ounce di Comex, New York.
Ini merupakan posisi tertinggi sejak 2013. Selain itu, perak juga diminati. Harga perak di pasar spot naik 2,1%. Kenaikan di awal pekan ini melanjutkan lonjakan yang sudah terjadi pada Jumat pekan lalu.
Sekali lagi, emas kembali unjuk gigi sebagai aset yang tahan banting saat krisis melanda.
Sepanjang tahun ini, emas sudah melonjak 20% lebih seiring terjadinya pertikaian dagang antara Washington dan Beijing.
Pada akhir pekan lalu, kedua belah pihak saling membalas.
Tak pelak kondisi itu memukul pertumbuhan ekonomi global dan menaikkan kemungkinan pemotongan suku bunga lanjutan oleh The Federal Reserve.
"Pada saat mayoritas harga bahan baku melorot, logam mulia adalah sektor yang paling menonjol karena harga emas menguat," demikian laporan Australia & Selandia Baru Banking Group Ltd.
Para pimpinan The Fed sendiri mengakui, sengketa perdagangan meracuni ekonomi global dan membuat pekerjaan mereka lebih sulit.
Pada Senin (26/8/2019), tingkat yield surat utang AS bertenor 10-tahun anjlok ke level 1,4695%. Ini merupakan level terendah sejak Agustus 2016.
Helen Lau, analis Argonaut Securities Asia mengatakan emas akan terus melejit karena investor akan mencari perlindungan dari tingginya tensi perang dagang dan pelonggaran kebijakan The Fed.
"Sementara itu, depresiasi mata uang akan memicu lebih banyak diversifikasi dari sebelumnya investasi di aset-aset berisiko ke investasi emas atau saham-saham yang terkorelasi dengan emas," paparnya.
Reporter: Noverius Laoli/Barratut Taqiyyah Rafie
Sebagian artikel ini tayang di Kontan dengan judul Tersengat perang dagang, harga emas sentuh level tertinggi dalam 6 tahun terakhir