TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perbankan harus selalu bergerak dinamis untuk mengikuti perkembangan zaman.
Hal itu diungkapkan Direktur Kepatuhan Bank BJB Agus Mulyana selama nyaris tiga dekade berkarier di bank ini.
Agus mengungkapkan, sikap adaptif terhadap perkembangan zaman menjadi kunci utama bisnis Bank BJB yang berkelanjutan.
Sikap tersebut konsisten dilakukan Bank BJB melalui serangkaian inovasi, mulai dari digital banking melalui aplikasi mobile BJB Digi, optimalisasi pelayanan kepada publik, dan produk.
Tidak heran jika belum lama ini layanan ATM Bank BJB didaulat sebagai Best Service and Best Active Terminal 2019 oleh ATM Bersama.
"Bisnis tidak dapat berjalan statis. Bisnis harus berjalan dinamis. Maka percepatan perubahan yang terjadi di luar harus selalu ditangkap. Kalau tidak, maka Bank BJB akan tertinggal dan tidak akan sebesar seperti saat ini," ujar Agus dalam keterangannya, Kamis (19/9).
Bank BJB dikenal sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) pertama yang go public dan melakukan dua sistem perbankan.
Inovasi tersebut tidak hadir sekejap mata, ragam cerita dan tantangan senantiasa menyertai langkah Bank BJB hingga pada akhirnya berdiri sebagai salah satu perbankan terkemuka di Indonesia.
Cerita dimulai ketika pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi salah satu perbankan hipotek milik Belanda bernama De Erste Nederlansche Indische Shareholding (DENIS) pada tanggal 21 Maret 1961.
Pemerintah lantas mengganti nama perusahaan tersebut menjadi Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat.
Tujuh belas tahun berselang, tepatnya tanggal 27 Juni 1978, pemerintah Indonesia kembali mengganti nama perusahaan menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat. Lima tahun sebelumnya penyempurnaan kedudukan hukum dilakukan dengan mengganti status badan usaha.
Namun alur transformasi utama justru terjadi dalam kurun waktu 27 tahun terakhir ketika aktivitas bisnis ditingkatkan menjadi bank umum devisa pada tanggal 2 November 1992.
Tidak hanya itu, logo baru juga diperkenalkan dengan sebutan Bank Jabar.
"Saya bergabung di Bank BJB pada tahun 1991. Perubahan yang saya rasakan dimulai ketika adanya kebijakan baru dari manajemen. Berubah dalam arti menginginkan bisnis yang lebih maju dan fleksibel. Sehingga perlu mengubah pola pikir pegawai menjadi lebih baik. Itu dimulai dengan perubahan logo Bank BJB pada tahun 1992," ujar Agus.
Logo ini tidak hanya berbicara perihal identitas dan desain. Lebih dari itu karena merupakan alat komunikasi visual yang mengandung makna filosofi serta mencerminkan visi misi perusahaan.
Artinya, dengan mengganti logo maka senantiasa akan mengubah seluruh tatanan dan budaya organisasi.
"Perubahan logo akan mengubah cara pandang seseorang pada citra sebuah lembaga. Selain itu juga menjadi salah satu strategi marketing paling efektif untuk memperkenalkan kembali keberadaan suatu korporasi dan itu sangat penting," ujar Agus.
Lima tahun berselang, transformasi kembali digelorakan Bank BJB dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan melalui perubahan bentuk hukum dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).
Perubahan tersebut dilatarbelakangi perkembangan yang signifikan pada tubuh organisasi Bank BJB dan bisnis secara eksternal. Dampak penyesuaian tersebut memberikan kesempatan besar pada Bank BJB untuk masuk dalam kompetisi nasional.
Di awal milenium, gelora inovasi dilakukan oleh Bank BJB dengan menjalankan dual banking system yaitu memberikan layanan perbankan secara konvensional dan syariah.
Bank BJB Syariah berdiri menjawab tantangan perkembangan ekonomi bisnis pada saat itu yang menginginkan adanya sistem perbankan berbasis Islam.
Sebenarnya fase pencerahan dari lahirnya ekonomi syariah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya UU Nomor 10 Tahun 1998 mengenai arahan pemerintah pada bank konvensional untuk membuka divisi atau melakukan konvergensi dengan sistem perbankan syariah.
"Nuansa bisnis pada saat itu juga memperlihatkan jika masyarakat telah memahami dan memiliki keinginan lain di luar konvensional. Lalu keinginan tersebut ditangkap positif oleh manajemen dengan mendirikan Bank BJB syariah. Bank BJB merupakan BPD pertama yang melakukan spin off syariah," ujar Agus .
Ini merupakan bukti nyata yang menegaskan bahwa Bank BJB selalu siap dengan ragam dinamika perubahan bisnis.
Pada awal pendiriannya, BJB Syariah merupakan Unit Usaha Syariah yang dibentuk tanggal 20 Mei 2000.
Namun 10 tahun berselang, manajemen melalui persetujuan rapat umum pemegang saham memutuskan mengubah unit tersebut menjadi bank umum syariah.
"Kebanggaan patut dimiliki setiap insan Bank BJB karena para pendiri terdahulu telah memikirkan jauh masa depan. Sistem syariah perlu dilakukan jika menginginkan perusahaan lebih maju dan mandiri. Kalau tidak berubah dan menyesuaikan pasar, maka akan tertinggal," ujar dia.
Tidak berselang lama, Bank BJB menjadi BPD pertama yang berhasil mencatatkan namanya di Bursa Efek Indonesia (BEI) karena telah melakukan Initial Public Offering (IPO).
Bank BJB juga dinilai memiliki kinerja keuangan yang terus mengalami pertumbuhan signifikan, bahkan berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional.
"Itu adalah langkah positif yang telah dilakukan Bank BJB dan berdampak hingga saat ini. Prinsip manajemen adalah menjadikan Bank BJB untuk, dari dan dibangun oleh kita. Jadi dengan kebersamaan, kami yakin dapat menghadapi tantangan dengan baik," ujarnya.
Sikap dinamis dalam menanggapi perkembangan zaman disebutnya sebagai satu-satunya jawaban yang harus dilakukan teratur oleh setiap agen perubahan, tidak terkecuali Bank BJB. Landasannya kuat, yakni agar tidak tenggelam ditelan tumpukan buku sejarah.
Berita Ini Sudah Tayang di KONTAN, dengan judul: Direktur Bank BJB: Ikuti perkembangan zaman, bank harus bergerak dinamis