Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM - PT Pertamina (Persero)melampaui target pelaksanaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Satu Harga dalam kurun waktu tiga bulan lebih cepat dari yang ditargetkan.
Dari target 160 titik pada akhir tahun 2019, Pertamina berhasil membangun 161 titik per 1 Oktober 2019.
Pada periode 2017 -2019, Pertamina mendapat penugasan dari Pemerintah untuk membangun 160 lembaga penyalur BBM Satu Harga yang tersebar di seluruh wilayah terdepan, terluar, dan terpencil (3T).
Namun demikian, Pertamina berhasil melampaui target hingga 161 titik, dengan rincian 54 titik pada 2017, 70 titik (2018) dan 37 titik (2019).
"Kami mampu mempercepat penyelesaian target pembangunan BBM 1 Harga tahun 2019, tuntas di bulan Oktober dan seluruhnya telah beroperasi penuh/uji operasi. Bahkan melebihi target yang ditetapkan, dari 36 titik terealisasi 37 titik,"ujar Fajriyah Usman, VP Corporate Communication Pertamina, Kamis (3/10/2019).
Baca: Natuna dan Sembilan Kabupaten Raih Penghargaan BBM Satu Harga
Fajriyah menuturkan, selama 3 (tiga) tahun pelaksanaan Program BBM Satu Harga, dalam dua tahun ini Pertamina selalu melampaui target.
BBM Satu Harga yang telah dioperasikan Pertamina tersebar mulai dari Papua (33 titik), Maluku (17 titik), Nusa Tenggara (25 titik), Sulawesi (18 titik), Kalimantan (35 titik) Sumatera (28 titik) dan Jawa – Bali (5 titik).
Kehadiran BBM Satu Harga, terang Fajriyah, telah menurunkan harga BBM di pengecer yang semula berkisar Rp 7.000 hingga Rp 100.000 per liter.
“Kini dengan adanya lembaga penyalur resmi, harga BBM di pelosok sama dengan wilayah lain yakni Rp 6.450 untuk premium dan Rp 5.150 untuk solar. BBM Satu Harga, telah membantu mendorong aktivitas ekonomi di wilayah 3T, menurunkan harga barang terutama produk lokal, menurunkan biaya transportasi,” ujarnya.