TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi saat ini akibat pelemahan ekonomi global, produk-produk investasi yang ditawarkan industri fintech bisa menjadi pilihan.
Ekonom Ferry Latulihin mengatakan, Asia diyakini akan menjadi motor pertumbuhan ekonomi dunia saat investor ragu menanamkan investasi barunya di Amerika Serikat, maupun negara-negara Uni Eropa dan China karena ketidakpastian ekonomi.
"Lalu jika Asia berpeluang menjadi motor ekonomi dunia di mana kita harus inves dana kita? Fintech bisa menjadi pilihan karena fintech bagian dari financial deepening. Membeli produk dana pensiun bisa menjadi pilihan. Misalnya, dari gaji dibelikan reksadana, dipotong dari gaji kita setiap bulan, yang penting konsisten," ujar Ferri Latulihin di acara diskusi tentang fintech yang diselenggarakan PT Star Mercato Capitale, pengelola fintech Tanamduit di Jakarta, Senin (28/10/2019).
Ferry menilai, industri fintech memberi kontribusi pada perekonomina karena dorong financial deepening. Orang jadi punya pilihan ber investasi. "Mereka berperan memobilisasi dana masyarakat," ungkapnya.
Baca: Kementerian BUMN Rombak Direksi dan Komisaris Holding Perkebunan Nusantara PTPN III
Dengan adanya fintech, masyarakat jadi punya pilihan untuk mendapatkan dana untuk modal usaha dan menginvestasikan dana, seperti peer to peer lending dan berbagai instrumen investasi yang ditawarkan oleh fintech.
Baca: Mengenal Lebih Dekat Konsep Global Support di MPV 7-Seater Wuling Cortez
"Fintech seperti Tanamduit memberi peluang masyarakat bermodal kecil meng investasikan dananya. Fintech yang masuk ke UMKM juga membuat sektor mikro kecil mudah mendapatkan dukungan permodalan. Kemajuan teknologi menolong semua orang," ujar Ferry,
Co-founder TanamDuit Muhammad Hanif menyatakan, fintech seperti Tanamduit memudahkan investor ber investasi, tidak perlu datang ke kantor manajer investasi dengan prosedur lebih sederhana.
"Pembelian produk juga makin terjangkau, seperti kita beli reksadana bisa mulai dari hanya Rp 10.000 serta ber asuransi mulai dari Rp 50.000," Hanif mencontohkan.
Terkait dengan tren fintech yang kini makin berkembang, dia menyatakan perlunya regulator membuat peraturan yang lebih bagus lagi untuk melindungi nasabah.
"Kita sekarang mendorong perlindungan regulasi terhadap customer agar lebih diperketat. Mitigasi risiko harus ditingkatkan. Juga, mekanisme akses menjangkau ke UMKM harus lebih ditingkatkan," ujar Hanif.
Tanamduit saat ini memiliki beragam produk investasi yang bisa dibeli masyarakat. Selain produk reksadana dan asuransi, Tanamduit juga memasarkan obligasi negara ritel (ORI) dan surat berharga negara (SBN).
ORI seri 016 juga menjadi ORI yang pertama kali dijual Tanamduit di platformnya. Karena baru, Hanif menilai, para investor masih cenderung mencoba-coba berinvestasi di instrumen ini melalui platformnya.
Nilai pemesanan ORI 016 di TanamDuit saat ini masih di bawah Rp 10 miliar yang berasal dari sekitar 600 investor dari target senilai Rp 15 miliar.