TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia saat ini disebut sedang mengalami twin distruption, yaitu hadirnya kaum produktif milenial dan akselerasi teknologi yang sangat cepat. Kehadiran kaum milenial dinilai telah menggeser peta nilai dari pola konsumerisme di masyarakat.
Kaum milenial menuntut agar setiap produk dan layanan yang diberikan dapat dihadirkan secara lebih cepat, lebih baik, lebih murah, dan lebih mampu memberikan pengalaman yang dirasa nyaman.
Tren ini ditopang oleh laju teknologi yang kini bisa membuat segala sesuatu yang awalnya bahkan tidak terpikirkan bisa betul-betul terjadi.
Kehadiran para kaum milenial pula telah menjadi salah satu pemicu lahirnya sebuah era yang tidak cukup lagi bagi para pelaku industri untuk menghasilkan sesuatu dengan ritme dan pola peningkatan yang incremental. Tapi diperlukan peningkatan yang eksponensial agar perusahaan tetap eksis di kondisi yang terus berubah.
Menurut CEO dari Kubik Leadership, Jamil Azzaini, kepemimpinan adalah prasyarat utama untuk bisa membawa sebuah tim atau organisasi berubah dari satu titik ke titik yang lebih tinggi.
"Tanpa kepemimpinan yang tepat, salah salah semua investasi dan upaya yang telah dikeluarkan akan berakhir sia-sia. Seorang Leader harus peka dan cepat mengambil keputusan, membuat terobosan dan tidak lupa membangun tim," ujar Jamil Azzaini di Seminar Kubik bertajuk 'Exponential Leader, Lead to Create The Future by Transforming People' di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Jamil Azzaini menjelaskan, banyak proses transformasi di perusahaan gagal, bahkan kegagalan itu mencapai 70 persen. "Kegagalan itu dipicu oleh ketidakmampuan pemimpinnya. Makanya pemimpinnya perlu digarap dengan transformasi exponential, artinya tumbuh 10 kali lipat," ungkapnya.
Dia menjelaskan, pemimpin yang eksponensial mampu menciptakan gambaran masa depan yang akan diraih untuk timnya. Hal tersebut akan mampu memandu timnya menjadi tim yang hebat.
Pembiacara lainnya, konsultan inovasi bisnis Indrawan Nugroho menyatakan, saat ini kita tengah berada di era eksponensial. Maka tanpa disadari atau tidak, apa pun yang saat ini kita putuskan dan lakukan sebagai pemimpin, akan berdampak pada akhir kisah tim dan organisasi yang sedang kita pimpin.
"Katakanlah saat ini Anda telah memilih untuk sadar penuh melakukan aksi-aksi yang eksponensial bersama tim Anda. Maka sebagai konsekuensinya, upaya yang Anda dan tim lakukan tentulah lebih besar dan lebih menantang daripada biasanya."
"Konsekuensi lanjutannya adalah, tim Anda bisa berada pada kondisi yang membuatnya merasakan kesulitan. Kesulitan yang jika tidak ditangani dengan tepat maka akan menghadirkan dampak-dampak negatif bagi diri tim Anda secara personal, dan juga kepada orang-orang di sekitarnya," ujar Indrawan Nugroho.
Dia menambahkan, pemimpin eksponensial juga harus mampu memimpin emosi anak buahnya. "Penting bagi Anda untuk secara tepat memperlakukan kebutuhan emosi setiap anak buah Anda. Bisa jadi, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk kebutuhan dan situasi yang berbeda," ungkapnya.
Exponential leader merupakan konsep pengembangan sumber daya manusia (SDM) terbaru yang dperkenalkan Kubik Leadership, sebuah perusahaan di bidang pengembangan SDM.
Public Training Exponential Leader membahas secara tuntas era exponential, lengkap dengan prinsip prinsip penting yang harus dimiliki seorang leader dan senjata rahasia yang harus dijalankan agar mendapatkan keuntungan exponential yang tidak terbayangkan sebelumnya.
Seminar yang digelar ini dihadiri sekitar 120 peserta, terdiri dari leader-leader baik korporasi maupun institusi.
Jamil Azzaini mendirikan Kubik Leadership di 2016 dan saat ini menjabat sebagai CEO. Dia juga pernah menjabat sebagai Direktur Dompet Dhuafa Republika dan sebagai komisaris di beberapa perusahaan.