TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Perkebunan Nusantara V menargetkan meraih standar karbon internasional atau International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) sampai dengan 100 persen dalam waktu dekat.
Direktur Utama PTPN V, Jatmiko Krisna Santosa di Jakarta, Kamis (11/8/2019) mengatakan, perusahaannya berkomitmen terus menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari seluruh rangkaian kegiatan produksi perkebunan sawit.
"Sertifikasi ISCC ini menunjukkan bahwa produk yang kami hasilkan telah memenuhi standar energi terbarukan Uni Eropa (UE Renewable Energy Directive), serta komitmen kami sebagai produsen CPO yang bertanggung jawab terhadap lingkungan," kata Jatmiko Krisna Santosa di Jakarta, Kamis (11/8/2019).
Jatmiko menjelaskan, PTPN V telah mengaplikasikan standar sawit berkelanjutan berupa Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan ISCC untuk menembus ekspor sawit ke Eropa.
Jatmiko juga menegaskan, tidak ada cara lain bagi PTPN V untuk terus menekan limbah produksi dan emisi gas rumah kaca dengan cara memanfaatkan seluruh bagian dari proses produksi sawit, salah satunya menjadikannya sebagai energi.
"Seperti diketahui dari 100 ton kelapa sawit, hanya 24 persen saja yang dapat dimanfaatkan menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), sedangkan sisanya berupa serat, cangkang, limbah cair, gas metan harus dicarikan solusinya," kata Jatmiko saat tampil sebagai pembicara dalam seminar ILCAN Conference Series on Life Cycle Assessment mengenai pengelolaan kebun berkelanjutan di BPPT Jakarta.
Menurut Jatmiko, salah satu yang kini sedang dimanfaatkan PTPN V adalah limbah cair yang diolah menjadi gas metan untuk pembangkit listrik.
Sampai saat ini produksi listrik itu masih dipergunakan untuk mendukung produksi perusahaan, peluang bersinergi dengan PLN juga kita sambut baik.
"Dari sebanyak 12 unit pabrik, sudah ada tiga unit yang siap menghasilkan bio gas," ujarnya.
Dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini, produsen CPO akan mendapatkan tambahan insentif sebesar 12 sampai 13 dolar AS per ton di pasar Eropa.
"Jadi pemanfaatan gas metan ini selain dapat menekan biaya juga mendapat nilai tambah," ungkapnya.
Jatmiko memaparkan, jika mengacu pada energi yang dihasilkan melalui teknologi bio gas ini perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan Rp 34 miliar per tahun dari Insentif penjualan CPO bersertifikat.
Jatmiko juga menyampaikan PTPN V saat ini memiliki lahan seluas 86 ribu hektar tersebar di lima kabupaten Provinsi Riau yang menghasilkan 500 ribu ton CPO per tahun.
Jatmiko menambahkan, perusahaannya juga telah mengikuti Life Cycle Assessment (LCA) untuk mengukur penerapan produksi ramah lingkungan dengan melihat rantai produksi sebagai upaya mengurangi dampak emisi gas rumah kaca.
"LCA dapat menghitung berapa emisi yang dihasilkan mulai dari penggunaan traktor saat membuka lahan, kendaraan pengangkut serta apa saja yang telah diupayakan sebagai faktor pengurangnya," ungkap Jatmiko.