Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri otomotif Indonesia mengalami penurunan sekira 12 persen selama semester 1 2019.
Kondisi industri yang lesu ini juga membuat Chevrolet angkat kaki karena tak mendapat keuntungan yang berkelanjutan.
Mantan Ketua BKPM, Thomas Lembong mengatakan bahwa lesunya industri otomotif tak hanya terjadi di Indonesia.
"Jadi tahun ini pertama kalinya untuk sejarah Tiongkok itu jumlah unit mobil di Tiongkok turun. Terus di India jumlah mobil yang dijual tahun ini turun 20 persen dibandingkan tahun lalu. Perusahaan-perusahaan otomotif mulai dari Ford sampai Volkswagen sampai General Motors semuanya pada PHK," tutur Thomas usai mengisi acara Indonesia Economic Forum di Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (20/11/2019).
Melemahnya ekonomi dunia akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China memperlambat laju pertumbuhan sektor otomotif.
Apalagi perubahan budaya masyarakat dengan setelah adanya aplikasi transportasi online.
"Sekali lagi, kondisi industri otomotif dunia lagi sangat-sangat berat dan sulit. Jadi mulai dari distruksi teknologi seperti sekarang orang bisa panggil Uber, Gocar, Grab Car. Orang di Amerika pun sekarang sudah engga bikin SIM, sudah tidak lagi beli mobil. Mereka sudah terbiasa panggil Uber. Tentunya itu mengurangi permintaan atas mobil," terang Thomas Lembong.
Baca: Hyundai Bantah Klaim Menko Luhut akan Investasi di Indonesia, Ini Kata Thomas Lembong
Peralihan dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik juga membuat para pelaku industri otomotif harus merogoh kocek lebih dalam untuk berinvestasi.
"Tentu itu juga memerlukan investasi puluhan miliar dolar atau ratusan triliun. Itu juga menjadi beban industri otomotif. Jadi industri otomotif ini lagi menghadapi kondisi yang sangat berat," tambahnya.
Jika pemerintah Indonesia ingin menggaet Hyundai perlu upaya lebih besar dengan mempermudah investasi maupun opsi lainnya.
"Saya kira mungkin untuk meyakinkan industri otomitif seperti Hyundai untuk membangun pabrik atau pun perusahaan otomotif lainnya untuk menambah kapasitas di Indonesia akan perlu terobosan-terobosan, insentif tambahan dan dorongan tambahan," imbuh Thomas.