TRIBUNNEWS.COM - PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) memperkirakan, perolehan laba bersih hingga akhir Desember 2019 akan meningkat sekitar 200-220 persen dari perolehan laba bersih Kuartal III-2019 yang senilai Rp15 miliar.
Menurut Pelaksana Tugas Direktur Utama AGRO, Ebeneser Girsang, perolehan laba bersih Perseroan sebesar Rp15 miliar tersebut setara dengan penurunan sebesar 90,82 persen dibandingkan laba bersih diperiode yang sama 2018 sebesar Rp167 miliar.
"Kami memperkirakan, laba bersih di 2019 sebesar Rp51 miliar atau akan tetap mengalami penurunan secara year-on-year sekitar 70-75 persen," kata Ebeneser usai RUPS-LB AGRO di Jakarta, Rabu (27/11).
Dia memproyeksikan, penyaluran kredit AGRO hingga akhir 2019 akan meningkat 34,61 persen (yoy). Pada 2018, penyaluran kredit Perseroan tercatat sebesar Rp13,66 triliun. "Kalau untuk Kuartal III-2019, penyaluran kredit mencapai Rp18,39 triliun," ucapnya.
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) AGRO sampai akhir tahun ini diperkirakan meningkat 24,55 persen (yoy) dari perolehan pada Desember 2018 sebesar Rp18,07 triliun. Sedangkan, pada Kuartal III-2019 total DPK AGRO tercatat sebesar Rp19,7 triliun.
Lebih lanjut Ebeneser memproyeksikan, total aset AGRO hingga akhir 2019 akan bertumbuh 19,22 persen dari posisi per akhir 2018 yang sebesar Rp20,91 triliun. Sebagaimana diketahui, total aset Perseroan per akhir September 2019 tercatat sebesar Rp24,92 triliun.
Ebeneser meyakini, per akhir Desember 2019 tingkat rasio kredit bermasalah (NPL) AGRO sebesar 6,76 persen (gross) dan NPL net sebesar 3,95 persen. "Pada tahun 2021, NPL gross kami akan berada di bawah 5 persen dan NPL net akan sebesar 2 persen," ucapnya.
Menurut dia, optimisme Perseroan untuk menekan NPL gross ke level 6,76 persen tersebut, karena pada Kuartal IV-2019 ini AGRO akan mengakselerasi frekuensi lelang aset debitur bermasalah dan meningkatkan oencarian investor baru serta merestrukturisasi pinjaman debitur.
"Kalau urusan dua nasabah kami yang menyumbang NPL ke AGRO bisa beres. Kami yakin NPL gross di bawah 5 persen bisa lebih cepat terealisasi. Per akhir September 2019, NPL gross kami 7,51 persen dan NPL net 4,86 persen," papar Ebeneser.
Dia menyebutkan, dua nasabah penyumbang NPL terbesar adalah perusahaan perkebunan sawit dan perusahaan properti. "Kami akan perbaiki persoalan NPL ini. Apakah melakukan lelang atau mencari investor baru," imbuhnya